×

Kamis, 12 Oktober 2017

Taqorrub Ila Allah: Kunci Kemenangan

Oleh: Asep Kurniawan (Abdul Hanif)

www.jendela-informasi.blogspot.com
telegram: t.me/tsaqofahrasa


وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَى إِلَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ لَهُمْ جَزَاءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا وَهُمْ فِي الْغُرُفَاتِ آمِنُونَ
“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).” (QS. Saba [34]: 37)

Taqarrub berasal dari akar kata qaruba (قَرُبَ-يَقْرُبُ-قُرْبَاً-قَرِيْبٌ),  artinya = dekat. Kata  taqarrub dalam bahasa Arab (تَقَرَّبَ – يَتَقَرَّبُ – تَقَرُّباً - مُتَقَرِّبٌ  ) artinya = mendekat. Taqarrub  ilallah (اَلتَّقَرُّبُ إِلىَ اللهِ), artinya = mendekatkan diri kepada Allah. Kita  aktif mendekatkan diri, Allah yang kita dekati berjanji akan mendekati kita. Rasulullah saw bersabda:

]عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمَ فِيْماَ يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّوَجَلَّ قَالَ: إِذَا تَقَرَّبَ الْعَبْدُ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَ إِذاَ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا مِنْهُ باَعًا، وَ اِذَا أَتَانِيْ يَمْشِيْ أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً[

“Jika seorang hamba mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta; jika ia mendekati-Ku sehasta, aku akan mendekatinya sedepa; jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan mendekatinya dengan berlari”  (Shahih Bukhari XI/199)

Wilayah taqarrub ilallah
Yaitu saat kita berhubungan dengan Allah, diri sendiri dan juga manusia yang lainnya, maka:
1.    Utamakan seluruh kewajiban

»وَمَاتَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ«
“Dan tiada bertaqarrub (mendekat) kepada-Ku seorang hamba dengan sesuatu yang lebih Ku sukai dari pada menjalankan kewajibannya ”  (Shahih Bukhari Juz XI, hal. 299, 297 )

2.    Sempurnakan dengan amalan-amalan nafilah (sunnah)

»وَمَايَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذاَ أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِيْ َلأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي َلأُعِيْذَنَّهُ«
“Tiada henti-hentinya hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan perbuatan-perbuatan sunnah nafilah sehingga Aku mencintanya. Kalau Aku sudah mencintainya, maka aku akan menjadi pendengarannya yang ia mendengar dengannya dan Aku akan menjadi penglihatannya yang ia melihat dengannya; dan Aku akan menjadi tangannya yang ia pergunakan; dan Aku akan menjadi kakinya yang ia berjalan dengannya. Jika ia meminta kepada-Ku niscaya akan Kuberi apa yang ia minta; dan jika ia memohon perlindungan pada-Ku niscaya Aku lindungi”  (lihat Fathul Baari, Syarah Shahih Bukhari, XI/341-345,)
3.    Jangan terlena dengan perbuatan yang mubah
Abu Bakar r.a pernah berkata:
كنا ندع سبعين باباً من الحلال مخافة أن نقعوا في باب الحرام
“kami sengaja meninggalkan 70 jalan kehalalan (mubah) karena khawatir terjerumus ke dalam jalan yang haram”.
4.    Jauhi seluruh perkara yang makruh dan haram serta wasilah (pelantara) yang menghantarkan pada keharaman
Sebagaimana kaidah ushul fiqh:
الوسيلة ألى الحرام حرام
Segala sesuatu yang dapat menghantarkan pada keharaman, maka hukumnya haram. (lihat kitab syakhsiyyah islamiyyah juz III; lihat juga taysir al wusul ila al ushul)

Manifestasi dari taqorrub ilallah adalah ketundukan dan ketaatan totalitas terhadap seluruh syariah islam, tidak hanya dalam wilayah ibadah ritual (shalat, zakat, haji, shaum) saja.
Dengan demikian, taqorrub ilallah adalah kunci bagi kita untuk meraih kemenangan baik di dunia maupun di akhirat (berupa surga Allah). maka seyogyanya setiap perjuangan untuk meninggikan kalimah Allah di muka bumi haruslah disertai dengan taqorrub kepada Allah Swt. Dalam sejarah, Umar bin Khaththab digambarkan:  pada siang hari ia ibarat singa di padang pasir sedangkan pada malam harinya ia mencucurkan iar mata. Begitu juga dengan para sahabat yang lainnya.
Dengan taqorrub, maka akan terbangun semangat iman dan juang yang tinggi. Dengan taqorrub pula maka akan terbangun kecintaan kepada Allah dan RasulNya, sehingga akan hilang segala lelah dan penat dalam menjalani kehidupan ini.

Jika engkau merasa lelah dalam berjuang menegakkan agama Allah, maka ingatlah kematian niscaya rasa lelah itu akan hilang seketika

0 komentar:

Posting Komentar

 
×
Judul