×

Selasa, 31 Januari 2017

Siti Aisyah Pendiri Sekolah Bela Allah tidak mengakui Nabi Muhammad dan Mencela Ulama

INDEKS – Seorang wanita paruh baya, Siti Aisyah diduga telah mengajarkan aliran sesat dan tidak sesuai dengan syariat Islam. Siti Aisyah telah diamankan dan diantar ke kantor polisi oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin, (30/01/2017)
“Siti Aisyah diduga telah mengajarkan aliran sesat pada sebuah yayasan pribadi miliknya bernama Sekolah Bela Allah (SBA) dan Rumah Mengenal Alquran (RMA). Makanya MUI Provinsi Nusa Tenggara Barat melaporkan SA ke Polda NTB,” ujar Saiful Muslim, Ketua MUI NTB.
Saiful Muslim mengatakan, dia mendapat laporan dari masyarakat bahwa yang bersangkutan tidak mengakui Nabi Muhammad dan mencela ulama-ulama. Penyebab sesatnya ajaran yang dibawa oleh Siti Aisyah adalah ingkar sunah, atau tidak percaya kepada Hadits Nabi Muhammad. Dalam ajarannya, Siti Aisyah hanya berpatokan pada Alquran semata.
“Meskipun hanya berpatokan pada Alquran, namun dia tidak ahli dalam membaca Alquran dan hanya membaca terjemahan Alquran saja dalam ajarannya. Kalau dia sudah tidak percaya Nabi Muhammad, berarti dia ingkar sunah dan berarti dia sudah sesat. Dan kalau dia mau selamat berarti dia harus bersyahadat lagi,” tegas Saiful.
Sementara itu, Ahmad Zakaria Ejis, salah seorang warga mengaku menemukan banyak keanehan saat mengunjungi tempat yang dimiliki oleh Siti Aisyah tersebut. Zakaria mengunjungi rumah tersebut bertujuan untuk mengonfirmasi terkait brosur yang disebarkan oleh pihak ‘Rumah Mengenal Al-Qur’an’. Salah satu isi brosur tersebut menyatakan bahwa hadist Bukhari Muslim adalah ‘hoax’
“Ada banyak keanehan saat mengunjungi rumah itu, dia tidak percaya sama hadits, bacaan Al-Qur’an sampai salam nya juga beda. Dia bilang hadits Nabi yang asli itu di Surat Muhammad di dalam Al-Qur’an. Itu adalah perkataan Nabi yang asli. Dia menilai kalau hadist riwayat Bukhari Muslim itu ‘hoax’,”ujar Ahmad Zakaria Ejis.
Zakaria menambahkan, pada saat Aisyah diberikan pertanyaan ia tidak memberi jawaban. Malah menuduh Zakaria tengah melakukan penyerangan terhadapnya.“Mereka juga tidak baca Al-Qur’an dalam bahasa Arab, cuma baca terjemahan bahasa Indonesianya saja. Saat sudah sampai rumah baru saya inget, kenapa saya ndak tes dia baca Al-Qur’an,” katanya.
Terkait dugaan aliran sesat tersebut, Direktur Pembinaan Masyarakat (Dirbinmas) Polda NTB, Kombes Pol Benny Basyir mengatakan, saat ini pihaknya masih memeriksa Siti Aisyah. Pihak kepolisian tengah menggali keterangan yang bersangkutan terkait motif dan tujuan dugaan aliran sesat itu.
“Keterangan sementara yang diperoleh, Siti Aisyah hanya menyebarkan selebaran dan pengumuman tentang lembaga yang dibuatnya. Lembaga itu sudah dibukanya selama tiga bulan terakhir. Sampai saat ini kami masih mengintrogasi yang bersangkutan. Kami masih mendalami lagi, dan meminta keterangan karena baru hari ini masuk laporannya,” ucap Benny, Senin, (30/01/2017) di Mapolda NTB.
Rumah yang dinamai ‘Rumah Mengenal Al-Qur’an’ yang diduga menjadi penyebar aliran sesat yang terletak di Kelurahan Pagesangan Timur kini sedang ditertibkan oleh aparat gabungan Satpol PP dan Kepolisian.
Sementara itu Pemprov NTB meminta aparat kepolisian dan OPD terkait untuk menindak tegas pengelola “Rumah Mengenal Al-Qur’an” di Pagesangan Timur Kota Mataram yang diduga menyebarkan aliran sesat. Pihak terkait seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri (Bakesbangpoldagri) diminta bersinergi untuk menyelidiki lebih lanjut dugaan penyebaran aliran sesat tersebut.
Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTB ini mengatakan, Pemprov sangat menyayangkan dugaan penyebaran aliran sesar ini. Di saat kini tengah bangkitnya semangat beribadah keagamaan umat Islam, ada dugaan penyebaran aliran sesat seperti ini.

sumber:http://independenekspos.com/blog/2017/01/30/siti-aisyah-pendiri-sekolah-bela-allah-tidak-mengakui-nabi-muhammad-dan-mencela-ulama/

Cara Islam Mengelola Kebhinekaan

Asai Aksi Bela Islam yang dua kali digelar pada tanggal 4/11 dan 2/12 memunculkan tudingan bahwa kuatnya ikatan umat pada dîn-nya menjadi sebab labilitas persatuan bangsa dan mengancam kebhinekaan, membuat masyarakat terkotak-kotak.Karena itu dua kali pula digelar aksi ingin menandingi aksi umat Islam. Semuanya dengan tema kebhinekaan dan keindonesiaan. Hal ini kian menyiratkan bahwa Islam dan persatuan umatnya masih saja dianggap sebagai ancaman kebinekaan. Islam dianggap sebagai agama yang steril dari keberagamaan masyarakat.
Manipulasi Kebinekaan
Parade kebinekaan dan keindonesiaan yang digelar beberapa waktu lalu dapat kita baca sebagai upaya misleading antara realita kemajemukan masyarakat dan pluralisme. Penyelenggara parade berupaya keras memaksa umar Islam agar melepaskan identitas keislaman dan menerima pluralisme. Mereka bahkan menuduh ikatan umat pada agamanya adalah penyebab bangsa ini telah terkotak-kotak dan berkembangnya sikap intoleransi. Karena itu umat Muslim harus menerima pluralisme sebagai konsekuensi hidup kebinekaan.
Apalagi parade kebinekaan itu muncul pasca protes keras umat terhadap penistaan agama yang dilakukan Gubernur petahana DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama, alias Ahok. Penistaan ayat al-Quran oleh Ahok telah memicu kemarahan mayoritas Muslim di negeri ini dan melahirkan Aksi Bela Islam yang muaranya adalah Aksi 411 dan Aksi 212.
Tidak bisa dipungkiri, segelintir orang yang berkepentingan untuk terus memaksakan pluralisme agar dapat diterima umat Islam merasa perlu untuk terus menjaga agar pluralisme tetap hidup. Segala cara mereka lakukan termasuk dengan membajak istilah Bhineka Tunggal Ika sebagai ajaran pluralisme.
Mereka ingin meneror pemikiran umat bahwa persatuan Islam adalah ancaman bagi kehidupan masyarakat yang majemuk dan beragam. Media massa mainstream pun kerap mengekspos berbagai konflik antarumat beragama, khususnya antara elemen umat Islam dan kelompok minoritas. Dengan cara framing pemberitaan, media massa mainstream ingin memberikan pesan bahwa pluralisme itu adalah harga mati, dan kebinekaan itu bermakna pluralisme.

Islam dan Kebinekaan
Topik kebinekaan dan kemajemukan umat manusia sudah lama memiki tempat khusus dalam syariah Islam. Hanya Islam yang mengakui keberagamaan manusia baik secara suku bangsa, bahasa, kedudukan sosial, bahkan akidah.
Allah SWT menjadikan umat manusia beragam dari berbagai sisi; jenis kelamin, suku, warna kulit, bahasa, status ekonomi, juga posisi di tengah masyarakat. Keberagaman itu adalah realita umat manusia. Allah SWT menciptakan manusia dalam ragam suku dan bangsa, misalnya, agar manusia saling mengenal. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sungguh Kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sungguh orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian. Sungguh Allah Mahatahu lagi Maha Mengenal (QS al-Hujurat [49]: 13).

Imam Ibnu Jarir ath-Thabari menjelaskan bahwa lafal li ta’ârafû bermakna: agar sebagian kalian saling mengenal sebagian yang lain dalam nasab. Allah SWT berpesan, “Sungguh Kami menjadikan bangsa-bangsa dan suku-suku ini untuk kalian, wahai manusia, agar kalian saling mengenal satu sama lain lain dalam ikatan kekerabatan, bukan untuk keunggulan bagi kalian, tetapi kekerabatan yang mendekatkan kalian kepada Allah. Justru yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling takwa kepada Allah.”
Wilayah kekuasaan kaum Muslim sejak rentang zaman Nabi saw. hingga Khilafah Utsmaniyah meliputi Jazirah Arab, benua Afrika, Asia hingga Eropa. Ulama Islam terdiri dari beragam etnis. Imam al-Bukhari berasal dari kawasan Desa Bukhara di Uzbekistan, Rusia. Imam Ibn Hazm berasal dari Cordoba, Spanyol, Imam an-Nawawi berasal dari Damaskus, Syam. Ada juga Imam an-Nawawi al-Bantani yang berasal dari Serang, Banten.
Selain Imam an-Nawawi al-Bantani, ada juga Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi yang juga asli Nusantara. Keduanya sama-sama pernah menjadi imam besar dan mufti di Masjidil Haram. Mereka memimpin shalat dan memberikan fatwa bagai ribuan jamaah yang berasal dari mancanegara, termasuk keturunan Arab dan suku Quraisy.
Ajaran Islam bukan saja menafikan perbedaan suku bangsa dan kabilah, bahkan juga mengharamkan sikap membanggakan suku bangsa dan keturunan. Ubai bin Kaab ra. pernah mendengar seorang pria berkata, “Hai keluarga fulan!” Ubay lalu berkata kepada dia, “Gigitlah kemaluan bapakmu!” Ubay mencela dia terang-terangan tanpa memakai bahasa kiasan! Orang itu berkata kepada Ubay, “Wahai Abul Mundzir (Abu Ubay), engkau bukanlah orang yang suka berkata keji.” Ubay berkata kepada dia, “Sungguh aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ تَعَزَّى بِعَزَاءِ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَعِضُّوهُ وَلاَ تَكْنُوا
Siapa saja yang berbangga-bangga dengan slogan-slogan jahiliah, suruhlah ia menggigit kemaluan ayahnya dan tidak usah pakai bahasa kiasan terhadap dirinya.” (HR Ahmad).

Karena itu dalam Islam tak ada tempat bagi pengusung ide primordialisme atau chauvinisme, yang kerap merendahkan bangsa lain dan menganggap bangsanya atau rasnya lebih superior.
Selain perbedaan suku bangsa dan warna kulit, Islam juga mengakui adanya perbedaan strata sosial-ekonomi sebagai anugerah dari Allah SWT. Tak bisa dipungkiri, dengan iradah-Nya, manusia diciptakan memiliki perbedaan kekayaan, tingkat pendidikan dan profesi. Allah SWT telah menetapkan rezeki di antara manusia dan membagi kedudukan manusia karena rezeki yang telah Ia berikan. Allah SWT berfirman:
نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا
Kami telah menentukan di antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia serta telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain (QS az-Zukhruf [43]: 32).

Imam asy-Syaukani menerangkan, “…Ini adalah galibnya kondisi penduduk dunia. Dengan itu kemaslahatan mereka sempurna, kehidupan mereka teratur dan masing-masing sampai pada apa yang dicari…Jadi Allah SWT menjadikan sebagian memerlukan sebagian lainnya agar terjadi saling tolong-menolong di antara mereka dalam perhiasan dunia.”
Karena itu sebuah misleading dari kaum liberal yang memelintir fakta pluralistik untuk membenarkan ajaran sesat pluralisme. Padahal antara pluralitas dan pluralisme dua hal yang jelas berbeda.
Kemajemukan masyarakat adalah realita Ilahi. Secara fitrah dan hakiki masyarakat memang plural. Bahkan adanya sebagian manusia yang tetap memilih berada dalam kekufuran juga realitas yang diakui Allah SWT:
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا
Katakanlah, “Kebenaran itu datang dari Tuhanmu. Siapa saja yang ingin (beriman), hendaklah beriman. Siapa saja yang ingin (kafir), biarlah ia kafir.” Sungguh Kami telah menyediakan bagi orang orang zalim itu neraka yang gejolaknya mengepung mereka (QS al-Kahfi [18]: 29).

Dalam aspek akidah, masyarakat yang hidup dalam naungan Khilafah Islamiyah memiliki corak yang beragam. Wilayah Spanyol dalam naungan Khilafah dikenal sebagai masyarakat dengan ‘tiga agama’. Di dalamnya kaum Muslim hidup berdampingan dalam damai dengan umat Nasrani dan Yahudi. Justru pada saat kekuasaan diambilalih oleh Ratu Isabelle terjadilah perpecahan dan genocide. Pemaksaan agama kepada umat non-Kristen bahkan dengan cara kekerasan. Karena itu menyatakan bahwa Daulah Khilafah akan meniadakan pluralitas adalah kebohongan besar.
Pluralitas berbeda dengan pluralisme. Pluralisme bukanlah seperti yang diterangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai keadaan masyarakat yang majemuk (bersangkutan dengan sistem sosial dan politiknya);kebudayaan berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam suatu masyarakat.
Pluralisme adalah penyamaan kedudukan semua agama dan keyakinan—bukan saja strata sosial—di  tengah masyarakat. Ini sebagaimana pernyataan salah seorang tokoh liberal, Budhy Munawar Rahman, “Karenanya, yang diperlukan sekarang ini dalam penghayatan masalah pluralisme antaragama, yakni pandangan bahwa siapapun yang beriman—tanpa melihat agamanya apa—adalah sama di hadapan Allah SWT. Karena, Tuhan kita semua adalah Tuhan Yang Satu.”
Konsep pluralisme muncul dengan alasan fanatisme agama telah menimbulkan pengkotak-kotakkan masyarakat dan disharmonisasi. Karena itu harus ada cara pandang pluralisme; mendudukkan semua agama dan keyakinan sama rendah dan sama tinggi, termasuk sama benarnya. Jadi, tak ada lagi terminologi kufur dan iman karena keduanya dikaburkan bahkan dihilangkan.
Alasan kaum pendukung pluralisme menuding Islam sebagai pemicu sikap intoleran dan menafikan pluralitas bertolak belakang dengan realitas empirik. Pada masa Kekhilafahan Islam tidak pernah ditemukan penindasan kepada kelompok non-Muslim sekalipun penguasanya adalah kaum Muslim dan memberlakukan syariah Islam. Bahkan pembayaran jizyah maupun kharaj yang dilakukan warga non-Muslim tidak boleh dilakukan dengan cara menyusahkan mereka.
Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan: telah menceritakan kepada kami Waki’ telah menceritakan kepada kami Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya dari Ibnu Hizam dia pernah melewati orang-orang dzimmi yang dijemur di bawah matahari di Syam. Lalu dia bertanya, “Ada apa dengan mereka?” Mereka menjawab, “Mereka adalah ahlul jizyah.” Lalu Hisyam bin Urwah berkata: Saya bersaksi saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ عَذَّبَ النَّاسَ فِى الدُّنْيَا عَذَّبَهُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
Siapa saja yang menyiksa manusia di dunia, Allah SWT akan menyiksa dirinya (pada Hari Kiamat).

Hisyam ra. berkata, “Amir mereka di Palestina pada waktu itu adalah Umair bin Saad.”
Hisyam ra. berkata: Lalu Hakim ra. menemui dia dan menceritakannya hingga melepaskan mereka.
Diskriminasi terhadap kelompok minoritas non-Muslim juga tidak terjadi  di Indonesia.  Pemicu konflik antarumat beragama yang melibatkan elemen umat Islam justru dipicu oleh perilaku kalangan non-Muslim. Kasus pengrusakan gereja di Singkil, Aceh, adalah dampak dari arogansi umat Kristen.
Sebaliknya, Eropa yang kental liberalismenya justru memperlihatkan naiknya angka kebencian terhadap Islam. Beberapa negara seperti Jerman, Prancis, Italia, Belanda melarang penggunaan burqa di tempat-tempat umum. Sikap diskriminasi terhadap umat Islam makin sering terjadi. Ini bukti bahwa liberalisme justru menyuburkan sikap antitoleransi, khususnya kepada kaum Muslim.

Perlindungan Islam
Islam adalah sistem kehidupan yang telah menjamin kebersamaan dan keadilan bagi semua manusia. Secara fikrah maupun tharîqah, seluruh hukum Islam memberikan perlindungan bagi semua kalangan; lintas sosial, suku bangsa, bahkan hingga lintas agama.
Dalam sistem Islam tidak dikenal dikotomi masyarakat mayoritas-minoritas. Sekalipun kaum Muslim dominan di suatu wilayah Daulah Khilafah, bukan berarti mereka memiliki privilege atau hak prerogatif yang tidak bisa dimiliki warga minoritas. Di hadapan syariah Islam semua warga adalah sama. Tidak ada gap dan arogansi warga mayoritas.
Perlindungan Islam terhadap akidah masyarakat bukan saja berlaku bagi kaum Muslim, tetapi juga non-Muslim. Ada larangan memaksa non-Muslim untuk masuk agama Islam, kecuali dengan metode dakwah yang terbuka. Allah SWT berfirman:
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sungguh telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat (QS al-Baqarah [2]: 256).

Kaum Muslim juga dilarang untuk menghina keyakinan dan simbol-simbol agama kalangan non-Muslim, sebagaimana firman-Nya:
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ الله فَيَسُبُّوا الله عَدوَا بِغَيرِ عِلْمٍ
Janganlah kalian memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan (QS al-An’am [6]: 108).

Praktik hidup berbhineka, majemuk, plural atau apapun sebutannya telah menjadi catatan emas dalam sejarah dunia yang ditorehkan umat Islam dan para khalifah mereka. Tak ada diskriminasi, gap atau hak privilege pada satu kelompok di atas kelompok lain.
Semua terwujud dalam satu wadah Khilafah Islamiyah, yang di dalamnya aturan Islam yang agung dapat diterapkan dan memberikan jaminan kehidupan yang terbaik bagi seluruh masyarakat. Hal ini telah diakui oleh para sejarahwan Barat. T.W. Arnold dalam bukunya, The Preaching of Islam, menyatakan bahwa Uskup Agung Kristen dan Sinoda Agung bebas memutuskan segala hal yang berkenaan dengan keyakinan dan dogma tanpa menerima intervensi apapun dari negara. Hal ini justru tidak pernah terjadi pada masa pemerintahan para Kaisar Byzantium.
Keadilan dan kebersamaan status di mata hukum yang membuat kalangan non-Muslim tetap tunduk dan menjaga keutuhan Khilafah Islamiyah sekalipun ada masa jumlah warga non-Muslim lebih dominan dibandingkan kalangan kaum Muslim. [Iwan Januar; Lajnah Siyasiyah DPP HTI]

Donald Trump Berjanji Akan Melanjutkan Perang Melawan Islam

Sejak runtuhnya komunisme, saat Presiden George W Bush terlibat dalam perang dengan Irak, jelas bahwa tujuan kebijakan luar negeri AS adalah membangun dan mengamankan imperiumnya di dunia Muslim. Obama berbicara tentang perdamaian tetapi mengakhiri pemerintahannya dengan memperpanjang perang yang diawali oleh George W Bush dan melakukan pemboman terhadap tujuh negara Muslim: Afghanistan, Pakistan, Yaman, Somalia, Libya, Irak dan Suriah. Sebagai tindakan di akhir masa jabatannya, Pentagon mengumumkan pada hari Jumat bahwa pembom B-52 telah menewaskan lebih dari 100 orang di Suriah.
Saat ini,  Trump dengan lantang berjanji akan memerangi Islam, dengan alasan menyerang “terorisme Islam radikal”.  Dalam pidato pelantikannya, Jumat, saat dinobatkan sebagai presiden, Trump mengatakan:
Kami akan memperkuat aliansi lama dan membentuk aliansi baru – dan menyatukan dunia beradab melawan terorisme Islam radikal, yang kita akan basmi sepenuhnya dari muka bumi.
Dan Trump lebih lanjut menegaskan hal ini dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan di situs Gedung Putih, yang berjudul ‘Kebijakan Luar Negeri Amerika Yang Pertama’. Menurut Reuters:
Pemerintahan Trump akan menjadikan usaha untuk mengalahkan “kelompok teror Islam radikal” sebagai tujuan utama kebijakan luar negerinya, menurut sebuah pernyataan yang dimuat di situs Gedung Putih setelah pelantikan Donald Trump sebagai presiden AS.
Dengan izin Allah, Trump dan orang-orang sepertinya hanya akan berhasil dalam menyatukan Islam dan melemparkan rantai kaum imperialis Barat kafir yang masih mempertahankan kontrol atas negara-negara kami meskipun secara resmi mendeklarasikan negara-negara itu sebagai ‘negara merdeka’. (khilafah.com, 25/1/2017)



sumber:https://hizbut-tahrir.or.id/2017/01/31/donald-trump-berjanji-akan-melanjutkan-perang-melawan-islam/

Selasa, 24 Januari 2017

Forum Guru Ideologis: Sekulerisme Penyebab dan Akar Masalah Fenomena Geng Remaja

Forum Guru Ideologis: Sekulerisme Penyebab dan Akar Masalah Fenomena Geng Remaja

foto7
HTI Press, Samarinda. Perkelahian antar geng di Kota Samarinda yang telah menewaskan korban menunjukkan fenomena geng remaja ini perlu mendapat perhatian dari seluruh kalangan termasuk guru. Hal inilah yang melatarbelakangi Tim Khusus Sekolah DPD I Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Kalimantan Timur (Kaltim) menyelenggarakan Forum Guru Ideologis (FGI) dengan mengangkat tema “Fenomena Anak Geng di Samarinda Mengancam Masa Depan Generasi” di Dewan Pendidikan Provinsi Kaltim, Jl. Jend. Sudirman yang dihadiri beberapa perwakilan guru SMP dan SMA di Kota Samarinda, Ahad (22/1/2017).
Siti Halimah, S.Ag Guru Agama SMPN 21 Samarinda menyebut merebaknya fenomena geng remaja sudah mengarah pada kriminalitas.
foto1
Menurutnya, penyebab itu terjadi karena remaja ingin mengaktualisasi dan diakui oleh teman dan lingkungannya, ingin mencari popularitas, kebutuhan penyaluran kasih sayang yang tidak didapatinya di dalam keluarga, minimnya pengetahuan agama dalam keluarga, tayangan media yang penuh kekerasan, lingkungan masyarakat yang rawan serta lingkungan sekolah yang kurang kondusif.
Nurul Azizah Guru SMK Medika, juga merasakan bagaimana sulitnya mengubah prilaku anak didiknya yang menurutnya sangat memprihatinkan dari sisi pemahaman agama.
Sementara, Etiana Milka Sari, S.Pd dari Muslimah HTI Kaltim menyampakan bagaimana upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam menangani merebaknya geng remaja, namun faktanya belum juga mampu menghentikan dan mencegah semakin meluasnya geng remaja ini.
foto2
Lanjutnya, lemahnya ekonomi masyarakat Indonesia membuat para orangtua sibuk di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan kasih sayang dalam diri anak dan keluarga. “Ini adalah persoalan sistemik dan mengakar di masyarakat” ujar Etiana.
Etiana menyebut tiga pilar yang harus diperbaiki dalam memberikan solusi bagi fenomena geng remaja, karena satu sama lainnya saling terkait yaitu keluarga, edukasi publik dan institusi pendidikan. Ketiga pilar ini harus menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai dasarnya, sehingga membentuk tiga pilar yang kokoh. Dan ketiga hal ini hanya akan terwujud dalam negara Khilafah. Mengenyampingkan agama dari kehidupan atau paham sekuler menjadi penyebab dan akar masalah semakin merebaknya fenomena geng remaja ini.
Para guru yang hadir sangat antusias berbagi tips dan pengalaman dalam menangani remaja yang menjadi anak didik di sekolah masing-masing. Mereka sepakat bahwa upaya penanganan yang harus dilakukan adalah kembali pada sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam sehingga dengan dasar agama yang kuat para remaja Muslim akan tumbuh menjadi remaja yang kuat, karena mereka adalah pelanjut estafet generasi pemimpin masa depan bangsa.[]

https://hizbut-tahrir.or.id/2017/01/24/forum-guru-ideologis-sekulerisme-penyebab-dan-akar-masalah-fenomena-geng-remaja/

Politik Riil Amerika Terhadap Russia dan China

بسم الله الرحمن الرحيم
Jawab Soal
Politik Riil Amerika Terhadap Russia dan China


Soal:
Presiden AS Obama pada 29/12/2016, tiga minggu sebelum meninggalkan jabatan, mengumumkan serangkaian sanksi keras terhadap Russia termasuk pengusiran sejumlah besar diplomat Russia dari Amerika yakni “35 diplomat” dan penutupan misi atau kompleks diplomatik Russia di Maryland dan New York dengan alasan spionase … Semua krisis ini dilatarbelakangi oleh tuduhan AS bahwa Russia melakukan pembajakan elektronik terhadap pemilu AS … Apakah ini mengharuskan dilakukannya semua tindakan itu? Atau ada perubahan peran Russia di Suriah yang mengharuskan tindakan-tindakan ini? Atau ada alasan lain, terutama bahwa Trump menyatakan perbaikan hubungan dengan Russia sementara Obama memperburuknya! Semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik kepada Anda.

Jawab:
Supaya jawabannya jelas kami paparkan realita dari apa yang terjadi dan kemudian kami ulas pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam pertanyaan:
Pertama: Realitas dari apa yang terjadi. Pemerintah AS saat ini secara riil memperburuk hubungan AS-Russia. Russia memahami pesan itu. Maka responnya secara langsung datang melalui lisan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov bahwa “sanksi-sanksi Amerika memiliki karakter destruktif, agresif dan tak terduga. Peskov mengatakan, pemerintahan Obama menghancurkan hubungan Russia Amerika secara final setelah mencapai level paling rendah. Peskov mengumumkan bawah Moskow akan memulai suatu respon yang tepat terhadap tindakan-tindakan Washington…” (news.com.au, Russia Today, French Channel, 29/12/2016). Diantara aspek diperburuknya hubungan itu adalah langkah-langkah AS berikut:
  1. “Presiden AS Barack Obama mengatakan pada 15/12/2016 bahwa Amerika Serikat akan merespon pembajakan oleh Russia untuk mempengaruhi pemilu Amerika. Obama menjelaskan kepada Radio “NPR”, “Saya pikir, tidak ada keraguan bahwa ketika suatu pemerintah asing berusaha mempengaruhi integritas pemilu kami, maka kami perlu mengambil berbagai tindakan”. Ia menambahkan,”kami akan merespon pada waktu dan tempat yang kita pilih”. Presiden AS melanjutkan bahwa “beberapa “respon” itu akan secara jelas dan terbuka, sementara sebagian yang lain tidak demikian…” (NPR, France 24, 16/12/2016 ). Inilah respon dari pemerintah AS yang telah muncul dalam bentuk sanksi-sanksi yang diumumkan oleh Obama terhadap Russia.
  2. Presiden AS Obama menyerang Russia secara sinis dan menggambarkannya sebagai “sebuah negara kecil”. Obama mengatakan, “mereka lebih kecil dan lebih lemah. Perekonomian mereka tidak menghasilkan sesuatu yang diinginkan oleh pihak lain, perolehannya hanya minyak, gas dan senjata, dan tidak berkembang” … (Russia today, 17/12/2016).
  3. Departemen keuangan Amerika Serikat pada 20/12/2016 mengumumkan, menjatuhkan sanksi-sanksi baru atas tujuh pengusaha Russia dan delapan korporasi Russia sebagai protes atas aneksasi Russia terhadap semenanjung Krimea dan konflik yang terjadi di Ukraina. Demikian seperti yang disampaikan oleh kantor berita “Reuters“… Sanksi-sanksi itu menargetkan tujuh orang pengusaha, termasuk banyak kader di “Bank Russia”, yang dekat dengan pemerintah Russia, disamping empat perusahaan konstruksi dan transportasi yang beroperasi di Krimea yang dianeksasi oleh Moskow … Pemerintah AS menambahkan bahwa langkah ini “menegaskan penolakan atas pendudukan Russia terhadap Krimea dan menolak mengakui upaya aneksasi semenanjung tersebut”… (dotmsr.com, 20/12/2016).
  4. Amerika memainkan tensi kembalinya program Star Wars untuk merespon berlanjutnya pengembangan senjata nuklir oleh Russia. Dalam kerangka ini telah dilakukan amandemen UU AS yang mengijinkan militerisasi ruang angkasa. “Harus diisyaratkan bahwa Kongres AS memasukkan dua amandemen penting terhadap Rancangan Undang-undang dalam tahap ratifikasi. Salah satu amandemen itu mengeliminasi ketentuan penyebaran terbatas perisai rudal oleh Washington. Sementara amandemen kedua memutuskan dimulainya aktifitas perencanaan pada desain komponen baru dalam sistem perisai rudal ini sebagai pendahuluan untuk penyebarannya di masa depan di ruang angkasa. Surat kabar Los Angeles Times mengutip dari Trent Franks, Anggota DPR dari partai Republik dan pengusul amandemen yang paling senior, dia mengakui bahwa mereka bergantung pada program “inisiatif pertahanan strategis”, yang diresmikan oleh Presiden Ronald Reagan pada tahun 1983, yang juga dikenal sebagai “Perang bintang”… (adn.news, website Dar news, 24/12/2016). Maksudnya adalah peningkatan tensi atmosfer dengan Russia.
  5. “DPR AS pada Jumat 2/12/2016 mengadopsi rancangan undang-undang yang memberikan US $ 3,4 miliar kepada Departemen Pertahanan AS pada tahun 2017 untuk “menghalangi Russia”. Sebanyak 390 anggota di DPR mendukung RUU itu dibanding 30 anggota yang menolak. Menteri Pertahanan AS Ashton Carter ketika mengajukan rancanga anggaran belanja pertahanan kepada Kongres mengumumkan bahwa Amerika Serikat “memperkuat posisinya di Eropa demi sekutu NATO-nya dalam menghadapi agresi Russia …” (kantor berita Sputnik Russia, 03/12/2016).
  6. Selain itu, Amerika Serikat telah menurunkan peringkat Russia dalam penyelesaian krisis Suriah. AS mengganti bilateral Kerry-Lavrov, yang banyak dibanggakan oleh Moskow dan dilihat sebagai indikator kembalinya kebesaran Russia, AS menggantinya dengan bilateral Russia-Turki. Amerika, meskipun dalam kontak dan dukungan terus menerus atas upaya Russia-Turki di Suriah untuk memastikan proyek-proyek AS di Suriah dijalankan oleh pihak-pihak itu, namun format Russia-Turki menggantikan format Russia-Amerika merupakan penurunan peringkat internasional Russia dan menempatkan Russia setingkat negara Turki. Ini dapat dimasukkan dalam konteks tekanan AS terhadap Russia.
  7. Peningkatan tensi ini benar-benar menakutkan Russia. Dalam responnya terhadap sanksi-sanksi Amerika yang dijatuhkan oleh Obama, Presiden Russia mengatakan “bahwa Moskow mencadangkan haknya untuk merespon sanksi-sanksi baru AS terhadap Russia, akan tetapi Russia tidak akan membungkuk ke tingkat pemerintahan AS saat ini dan tidak akan menyasar para diplomat…” Dia menambahkan: “kami tidak akan menciptakan masalah bagi para diplomat Amerika dan tidak akan mengusir seorang pun. Kami tidak akan menghalangi anggota keluarga mereka dan anak-anak mereka dari menggunakan tempat-tempat rekreasi biasanya bagi mereka selama liburan tahun baru. Selain itu, kami mengundang anak-anak para diplomat AS yang terdaftar di Russia untuk menghadiri perayaan tahun baru di Kremlin”… (Russia today, 30/12/2016). Mundurnya Moskow dari respon normal, yaitu perlakuan sepadan, menunjukkan dua perkara:
Pertama: ketakutan besar di Moskow dari tujuan-tujuan dan konsekuensi-konsekuensi dari krisis dengan Washington ini…
Kedua: Moskow mengandalkan penerimaan pemerintahan baru Trump di Washington untuk merestrukturisasi hubungan kedua negara atas dasar yang diterima oleh Moskow. Dikarenakan kebiasaan Russia yang lemah dalam pengalaman politik, maka Russia beranggapan bahwa presiden berikutnya, Trump, akan berbeda dari pendahulunya, Obama, dalam hal pandangan terhadap Russia. Russia melupakan bahwa lembaga-lembaga pemerintahan yang luas di Amerika memimpin presiden siapapun, dan dari partai manapun, untuk terus melaksanakan politik luar negeri negaranya. Russia juga melupakan bahwa perbedaan antara Obama dan Trump, ketika saatnya terjadi, maka itu sebagai hal yang dimaksudkan bagi implementasi politik Amerika yang telah dirancang sebelumnya.

Kedua, ulasan berbagai pertanyaan yang diyatakan di pertanyaan:
  1. Sanksi-sanksi keras dari pemerintahan Obama terhadap Russia datang di bawah keyakinan Amerika atas konsistensi peran Russia dalam melaksanakan tugas internasional di Suriah, dan bahwa Russia telah melaksanakan tugas sebaik mugkin. Jadi Amerika telah sempurna menjerumuskan Russia di Suriah pada tingkat tidak mungkin bagi Russia untuk keluar dari kubangan lumpur Suriah. Ketika Amerika yakin akan hal itu, Amerika menurunkan peringkat Russia menjadi setingkat dengan rezim Turki, partner agennya di Suriah daripada rezim Amerika sendiri… Karena semua itu, peningkatan tensi oleh Amerika atas hubugannya dengan Russia dan peningkatan tekanan terhadap Russia tidak ada hubungannya dengan masalah Suriah. Russia dengan konsisten melayani kepentingan Amerika di Suriah. Ini tidak diragukan oleh Amerika, akan tetapi politik Russia di Suriah telah terjerat dalam mengikuti Amerika -Iran dan kelompoknya, rezim Suriah, Turki dan oposisi yang pro kepada Turki- dan Russia tidak bisa mengejar politiknya sendiri terkait Suriah. Hal itu tidak memungkinkan Russia menarik diri dan meninggalkan Suriah untuk pihak yang tidak dikenal. Karena itu, Russia menguatkan dan memperluas pangkalan militer mereka di Latakia dan Tartous… Russia juga tidak dapat mengendalikan laju pertempuran mengingat tidak adanya kekuatan darat Russia di Suriah. Karena semua itu, peran Russia di Suriah telah menjadi stabil dan bahkan terbelenggu dengan politik AS dan para pengikutnya yang berpengaruh dalam krisis Suriah… Karena itulah peningkatan tensi ini bukan karena Russia meninggalkan peran yang telah dirancang oleh AS untuk Russia di Suriah, sebab Russia tidak meninggalkan peran yang telah dirancang untuknya oleh Amerika. 
  2. Tidak boleh muncul dalam pikiran bahwa sanksi-sanksi AS yang diumumkan oleh Presiden Obama adalah reaksi kemarahan terhadap pembajakan elektronik, yang mungkin telah berkontribusi pada kalahnya Partai Demokrat dan calon presidennya, Hillary Clinton. Sebab seandainya benar demikian, niscaya pemerintahan Obama bersegera dalam isu sanksi-sanksi tersebut sebelum Electoral College mengesahkan secara resmi terpilihnya Trump sebagai Presiden Amerika Serikat pada 19/12/2016… Adapun pergerakan isu itu setelah keberhasilan presiden terpilih dan ditetapkan oleh lembaga konstitusional, maka hal itu memberikan keraguan kuat tentang kredibilitas pemilu itu dan kredibilitas presiden berikutnya. Dan pemerintahan AS manapun tidak akan menerima untuk berpartisipasi di dalamnya… Seandainya kita asumsikan bahwa situasi menghalangi dijatuhkannya sanksi-sanksi itu sebelum penetapan hasil pemilu, maka menurut pemahaman politik negara-negara besar, jika mereka tidak dipaksa mengumumkan hasil setelah pengesahan hasil kemenangan Presiden, maka akan menggunakan alasan lain selain alasan peretasan, untuk menghindari dipertanyakannya keberhasilan presiden berikutnya. Dan karena sanksi-sanksi tersebut dijatuhkan setelah disahkannya keberhasilan presiden secara resmi, dijatuhkan dengan alasan intervensi Russia dalam pemilu, maka itu bukan alasan yang sebenarnya. 
  3. Mungkin dikatakan bahwa pengembangan senjata nuklir dan rudal ofensif oleh Russia adalah alasan tekanan AS saat ini sebagai respon pernyataan Presiden Russia. “Presiden Putin mengatakan dalam beberapa pernyataan dalam pertemuan dengan pimpinan Departemen Pertahanan di ibukota Moskow: “Kita harus meningkatkan kapasitas kekuatan nuklir strategis ke tingkat kualitatif baru, yang bisa menghadapi bahaya militer yang mungkin menimpa Russia”… (situs Anatolia, 22/12/2016). Meskipun ini memiliki dampak, tetapi skala ekonomi Russia membuat upaya Moskow dalam hal ini tidak serius. Setelah Amerika Serikat dan Barat umumnya berhasil menghancurkan pilar-pilar luas industri Russia, setelah hancurnya Uni Soviet, maka Russia muncul sebagai negara pengekspor bahan baku, meski tetap mempertahankan banyak dari industri militernya. Artinya Russia tidak berusaha menyaingi Amerika Serikat secara internasional. Akan tetapi, Russia menuntut Amerika agar menerima peran Russia dalam politik internasional. Tuntutan-tuntutan yang ditolak oleh Amerika secara total itu, bahkan meski bagaimanapun pelayanan Russia kepada Amerika di Suriah, Amerika belum terdorong mengakui Russia sebagai negara adidaya dan melibatkan Russia dalam isu internasional lainnya. Yakni, Russia yang mewarisi Uni Soviet dan mewarisi halaman-halaman sejarah harmoni Amerika Soviet, Russia berharap bahwa kerjasamanya dengan Amerika Serikat di Suriah akan mengantarkan kepada keharmonisan secara penuh. Russia menuntut Amerika Serikat dengan kerjasama lebih di arena internasional. Dan ini, jika menunjukkan sesuatu, tidak lain menunjukkan pada cekaknya pandangan politik Russia. Amerika telah merobek halaman harmoni Amerika dengan Uni Soviet ketika dahulu Uni Soviet memiliki eksistensi berpengaruh dan nyata di seluruh dunia. Lalu bagaimana mungkin, sekarang Amerika bisa menerima ini dengan negara kecil – Russia – seperti yang digambarkan oleh Obama?! Russia dengan ukuran kecil baru ini tidak mencerminkan ancaman nyata bagi Amerika yang mengharuskan peningkatan tensi ini. Semua ini menunjukkan bahwa pernyataan-pernyataan Russia tentang pengembangan senjata nuklir bukanlah sebab hakiki bagi Obama memperburuk hubungan dengan Russia.

Ketiga, begitulah kondisi-kondisi yang disebutkan di atas bukan sebab hakiki peningkatan tensi hubungan ini. Akan tetapi, sebab hakikinya adalah sesuatu yang lain, yang mungkin dipahami dengan menelaah perkara-perkara berikut:
  1. Setiap politisi dapat dengan mudah menyadari bahwa dilema internasional utama bagi Amerika saat ini adalah kebangkitan Cina yang memungkinkan Cina membangun ekonomi raksasa yang memuat kemungkinan riil untuk mengancam keunilateralan ekonomi AS di dunia. Ditambah lagi, belanja militer Cina yang meningkat drastis, yang melebihi total gabungan belanja militer Russia, Inggris dan Prancis. Bahkan banyak program militer Cina bersifat rahasia. Karena semua itu, Cina telah menjadi perhatian utama bagi para politisi Amerika. Berbagai pernyataan para pejabat Amerika semuanya ditumpahkan dalam orientasi ini pada jangka waktu belakangan ini. Menteri pertahanan AS Ashton Carter beranggapan, Cina menaikkan kemungkinan militerisasi lebih lanjut. Ia mengatakan bahwa Amerika berada dalam transisi …
“Washington – DPA: Menteri Pertahanan AS Ashton Carter mengatakan pada sebuah forum pertahanan di negara bagian California “setelah 14 tahun kontra-pemberontakan dan kontra-terorisme … kita berada di tengah-tengah tahapan transisi strategis untuk merespon tantangan keamanan yang akan mengancam masa depan kita”. Carter mengatakan bahwa Cina yang melakukan reklamasi di Laut Cina Selatan, meningkatkan prospek militerisasi lebih lanjut dan ancaman yang lebih besar dari salah perhitungan …” (Al-Quds Al-‘Arabi, 08/11/2015). Kemudian, Presiden Obama menganggap bahwa masa depan Amerika tidak lain ditentukan hari ini di Asia. “Presiden AS Barack Obama mengatakan bahwa kampanyenya untuk menyeimbangkan kembali politik luar negeri Amerika supaya lebih fokus pada Asia bukanlah “hal baru” sepanjang masa kepresidenannya…” (Vientiane, Reuters, the Seventh Day, 06/09/2016). Pemfokusan terhadap Asia berarti menghadapi China.
  1. Sudah ada pengalaman bagi Amerika pada era Uni Soviet, pada waktu itu ada kedekatan antara Cina dan Uni Soviet dengan dorongan kesatuan Partai Komunis. Karena pada waktu itu Amerika bekerja dengan serius untuk mengalahkan Uni Soviet, maka Amerika menilai kedekatan Uni Soviet dengan Cina sebagai hal yang sangat serius. Amerika mulai bekerja untuk memisahkan kedekatan ini sebagai langkah yang diperlukan untuk melemahkan dan mengalahkan Uni Soviet. Pada waktu itu, muncul rencana Kissinger untuk mengganggu hubungan antara Cina dan Uni Soviet dan Amerika telah meraih keberhasilan besar dalam hal itu… Dan sekarang realitasnya terbalik. Amerika khawatir terhadap kekuatan Cina. Amerika memperhatikan kedekatan antara Cina dan Russia, sementara Amerika ingin menjauhkan kedekatan ini sebagai langkah yang diperlukan untuk mengisolasi dan melemahkan Cina. Artinya, itu seperti yang dilakukan Amerika dahulu, tetapi secara terbalik. Inilah yang ditunjukkan oleh surat kabar Washington Post, yang dikutip oleh Russia today pada 18/12/2016 sebagai berikut: “Di dalam sebuah artikel 45 tahun lalu dinyatakan, mantan Presiden AS Nixon berusaha mengubah format “segitiga –triangle-” Uni Soviet – Amerika Serikat – Cina, di mana Amerika bertaruh melakukan pelanggaran dalam pengembangan hubungan dengan Beijing. Pada tanggal 4/2/1972, Nixon mengadakan pertemuan dengan penasehatnya untuk urusan keamanan nasional, Kissinger, untuk membahas kunjungannya, “Nixon”, mendatang ke Cina. Kissinger mengatakan kepada Presiden Nixon selama pertemuan tersebut bahwa “orang-orang Cina berbahaya, seperti halnya orang-orang Russia, dan bahkan mereka dalam perspektif sejarah lebih berbahaya daripada orang-orang Russia”. Kissinger menambahkan seraya menyeru Presiden Nixon bahwa setelah 20 tahun, “presiden AS berikutnya, jika bijaksana seperti Anda, akan bersandar pada orang Russia dalam kebijakannya melawan orang Cina”.
  2. Dengan demikian, sanksi-sanksi AS terhadap Russia baru-baru ini dapat dipahami, bahkan tekanan Amerika terus-menerus sejak beberapa waktu terhadap Russia, tekanan yang kebanyakan anggota partai Republik di Kongres, yakni partainya presiden mendatang Trump, ikut terlibat ditambah anggota-anggota partai Demokrat ikut terlibat dengan tekanan itu. Tekanan ini merupakan politik baru Amerika melawan Russia dengan tujuan menyeret Russia bersekutu dengan Amerika Serikat melawan Cina. Seolah-olah Amerika mengatakan, yang juga dikatakan oleh Russia secara terang-terangan, bahwa pemerintahan Obama telah menghancurkan hubungan Amerika-Russia dan membawanya ke titik terendah. Akan tetapi, Russia memiliki kesempatan emas dengan datangnya Presiden Trump untuk memperbaiki hubungan dengan Washington! Artinya, lembaga pemeritahan yang stabil di Amerika sengaja menggunakan sisa pemerintahan Obama untuk mempercepat peningkatan tensi sikap dengan Russia, sehingga Russia tidak memiliki jalur selamat dan harapan kecuali dengan jalan bersepaham dengan pemeritahan Trump mendatang, yang percaya kepada kesepakatan tersebut. Itu berarti bahwa perbaikan hubungan dengan Russia tidak terjadi kecuali dengan mengikat kontrak besar dengan Russia terkait Cina. Untuk merealisasi perkara ini adalah dengan menggunakan rumor yang beredar tentang penghormatan presiden berikutnya Trump kepada Presiden Putin, dan bahwa keduanya dapat menjadi sekutu dalam melawan Cina.
  3. Hal itu dikuatkan oleh fakta bahwa presiden mendatang, Trump, telah mulai meningkatkan tensi hubungan Amerika dengan Cina bahkan sebelum ia menerima tampuk jabatan. Ia menyatakan bahwa ia akan melaksanakan janji-janji kampanyenya mengenakan pajak besar terhadap barang-barang Cina dan mendorong perusahaan-perusahaan Amerika untuk kembali ke Amerika. Ini merupakan ancaman komersial yang besar bagi Cina. Trump juga segera mengontak Presiden Taiwan dalam sebuah preseden berbahaya yang mengisyaratkan bahwa Amerika akan membalik kertas untuk menekan Cina, termasuk ancaman Amerika meninggalkan kebijakan “satu Cina”. Ini merupakan ancaman politik yang besar untuk Cina. Karena itu, prioritas pertama pemerintahan baru Amerika Serikat adalah mengatasi kebangkitan Cina. Russia today pada 18/12/2016 mengutip dari Washington Post, “perilaku Presiden AS terpilih Donald Trump mengatakan bahwa ia mempelajari kemungkinan peninjauan kembali pada politik Amerika Serikat terhadap Cina. Trump menyerukan dimulainya kebijakan keras terhadap Beijing. Hal itu dia ungkapkan melalui pernyataan dan percakapan teleponnya. Presiden Amerika terpilih telah melakukan percakapan telepon dengan Presiden Taiwan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade. Pada waktu berikutnya, Trump mengungkapkan dalam wawancara dengan chanel “Fox News” America tentang keraguannya pada kebenaran komitmen Washington dengan doktrin-doktrin politik “satu Cina”, yang dijalankan oleh Amerika Serikat sejak kunjungan bersejarah Presiden Nixon ke Cina. Trump menuduh Cina melakukan intrik perdagangan”.
  4. Adapun bagaimana akan terjadi kesepakatan Trump dengan Russia melawan Cina, maka Amerika tentu tidak berencana untuk menempatkan perekonomian Russia yang lemah dalam menghadapi Cina. Amerika juga tidak berencana untuk menggunakan budaya Russia melawan Cina. Russia adalah negeri yang kosong dari suatu budaya sendiri setelah runtuhnya Sosialisme di sana. Melainkan, mata Amerika akan terus terbuka untuk memperhatikan kemampuan militer Russia, yang dapat dimanfaatkan oleh Amerika seputar Cina. Misalnya, menugasi Russia untuk berpartisipasi menentang senjata nuklir Korea Utara, atau terlibat dalam mengancam pasokan energi untuk Cina dari Russia atau dari Asia Tengah. Atau bahkan berpartisipasi dalam penetapan kebijakan-kebijakan khusus mengenai kebebasan navigasi Laut Cina dan Amerika memberi kontribusi usahanya untuk mengeluarkan Cina dari kepulauan tersebut… Semua opsi itu, belum lagi mendorong Russia untuk berkonfrontasi langsung dengan China. Semua itu merupakan bunuh diri internasional untuk Russia. Akan tetapi Russia bisa menemukan dirinya sendiri terlibat dalam politik-politik Amerika dengan imbalan mempertahankan penampilan sebagai negara adidaya!! Sulit untuk membayangkan bahwa Russia bisa lolos dari tekanan-tekanan Amerika untuk menempatkan Russia di sisinya dalam menghadapi Cina. Russia menderita penyakit pendeknya pandangan politik. Penyakitnya ini menjadi kronis. Karena itu, Russia tidak bisa menilai berbagai konsekuensi. Misalnya, Russia tampak acuh tak acuh terhadap respon kaum Muslim yang disebabkan intervensi brutalnya di Suriah. Hal itu karena cekaknya pandangan Russia. Russia melihat kaum Muslim pada pribadi-pribadi raja dan kepala negara saat ini. Maka Russia tidak melihat dalam diri mereka apa yang bisa mengancam Russia. Russia tidak menyadari bahwa Amerika menahan diri melakukan sendiri tugas ini di Suriah karena Russia tidak menyadari hal-hal yang lebih jauh dari para kepala negara dan raja itu. Karena semua itu, maka sanksi-sanksi Obama dan peningkatan tensi secara sengaja ini adalah untuk menjejalkan Russia di sudut dan menyeretnya ke Trump “temannya“! Jalan itu ditempuh untuk kesepakatan Trump dengan Russia guna menjauhkan Russia dari Cina, bahkan untuk melakukan aksi-aksi agresif terhadap Cina. Inilah sebab yang lebih rajih untuk peningkatan tensi yang sengaja dilakukan oleh Obama di akhir mandatnya untuk mempersiapkan saluran bagi Trump guna mencapai tujuan politik Amerika yang disebutkan ditetapkan oleh lembaga-lembaga Amerika untuk era baru, sebagaimana yang ditunjukkan oleh berbagai indikator… Jadi politik Amerika ditentukan oleh lembaga-lembaga dan dilaksanakan oleh presiden apapun partai presiden itu. 
  5. Adapun Cina, Cina menyadari bahaya yang mengancamnya. Karena itu, Cina memikat Russia dengan berbagai investasi, meski dengan hati-hati. Juga dengan latihan militer bersama dengan Russia, dan memberi suara yang sama dengan Russia di Dewan Keamanan PBB berkaitan veto tentang Suriah. Semua itu untuk mencegah Washington menggunakan Russia untuk menentang Cina. Tetapi pandangan bermusuhan terhadap Russia hampir bercokol di benak para politisi Cina. Namun, kepentingan baru yang ditimbulkan oleh ekonomi Cina yang makin besar, dan kebutuhan mendesak terhadap bahan baku dan sumber energi yang keduanya tersedia di Russia, mendorong pandangan permusuhan itu tersembunyi di balik tirai.Cina juga menyadari permusuhan Amerika terhadap Cina. Tidak dijauhkan kemungkinan bahwa penghinaan yang terjadi pada Obama saat kunjungannya ke Cina merupakan indikator hal itu. “Pada kunjungan terakhirnya ke Cina sebagai presiden Amerika Serikat, Presiden AS Barack Obama menemukan dirinya terpaksa menggunakan tangga di bagian belakang pesawat yang membawanya ke bandara Guangzhou untuk menghadiri pertemuan KTT G20. Hal itu bukan karena kebakaran atau kegagalan teknis, tetapi karena otoritas Cina tidak menyediakan tangga khusus untuk keluar dari bagian depan pesawat secara normal. Para pengamat percaya Cina sengaja menghina presiden AS dan bahwa hal itu mencerminkan skala ketegangan dalam hubungan antara kedua negara yang berbeda pendapat dalam banyak masalah dan isu, terutama deklarasi paling akhir dari Amerika Serikat dan Korea Selatan tentang penyebaran perisai rudal di wilayah itu. Demikian juga sikap Amerika terhadap persengketaan antara Cina dan Filipina dalam sengketa Laut Cina Selatan, dan keputusan terbaru oleh Washington mengenakan bea tambahan atas impor baja Cina…” (Al-Jazeera, 05/09/2016).
  1. Salah satu paradoks waktu bahwa penasehat keamanan nasional dan mantan menteri luar negeri AS, Kissinger, saat ini secara pribadi, meskipun usianya yang tua, adalah yang memperjuangkan rekonsiliasi Russia dengan presiden berikutnya, Trump. Kissinger sendiri lah yang melakukan kunjungan ke Moskow dan melakukan pertemuan dengan Putin mendorong ke orientasi ini, yakni orientasi bersekutu dengan Russia melawan Cina. Russia bertepuk tangan untuk itu dengan anggapan bahwa Kissinger memperhatikan kepentingan mereka! “Dmitry Peskov, juru bicara presiden Russia, menyebutkan bahwa Moskow menyambut partisipasi mantan Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger dalam memulihkan hubungan antara Russia dan Amerika Serikat. Peskov mengatakan dalam sebuah pernyataan pers pada hari Selasa bahwa Kissinger, mantan Menteri Luar Negeri AS, adalah salah satu politisi yang paling bijaksana, cerdas dan berpengalaman. Ia memiliki pengalaman mendalam dalam urusan Russia, dan untuk menaikkan level hubungan Amerika Serikat – Russia…” (Arab media network, 27/12/2016).Tren ini juga yang diisyaratkan oleh beberapa sumber informasi di Eropa. Russia today pada 28/12/2016 mengutip sebagai berikut: “surat kabar Jerman “Bild” menulis bahwa Kissinger memandang perbaikan hubungan dengan Russia adalah perlu, mengingat meningkatnya kekuatan Cina. Sang Menteri Luar Negeri adalah seorang negosiator yang berpengalaman, dan bahwa ia secara pribadi bertemu dengan Presiden Putin, dengan itu ia akan menjadi mediator dalam normalisasi hubungan antara kedua negara. Surat kabar Jerman itu mengatakan bahwa Trump berusaha untuk mencabut sanksi-sanksi dari Russia “atas saran dari Henry Kissinger”. Hal itu juga diisyaratkan oleh “analisa yang dilakukan atas permintaan institusi Eropa yang kompeten”, yang didasarkan pada data yang diperoleh dari tim transisi Presiden Trump …”. Semua ini mengindikasikan bahwa Amerika menjalankan politik yang efektif terhadap dua pihak, Russia dan Cina. Pilar utamaya adalah mendorong Russia untuk melayani Amerika di panggung Cina. Pemerintahan Obama telah memulainya dengan meluncurkan tahap tekanan terhadap Russia, dan merencanakan agar presiden berikutnya, Trump, yang mengikat kesepakatannya. Amerika tidak menampakkan keraguan sedikitpun tentang keharusan bahwa Russia memenuhi tekanan Amerika dan berjalan cepat bersama Amerika menentang Cina.

Keempat: negara-negara besar dan bahkan bukan negara besar saling bersaing dalam merealisasi kepentingannya meski berbeda-beda tingkatnya dalam hal itu sesuai besar kecilnya pengaruh di antara negara-negara. Dan faktor bersama diantara negara-negara itu adalah penderitaan dan kejahatan yang terlihat jelas di depan mata di dunia…
Dan yang menyakitkan, Islam tidak memiliki negara yang memegang kendali dan memulihkan dunia ini ke kondisi yang benar, serta menyebarkan kebaikan di seluruh penjurunya, bukan hanya di wilayah Islam tetapi juga di sekitar wilayah Islam. Meski demikian, Islam memiliki tokoh-tokoh ksatria:
﴿صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا
orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya) (TQS al-Ahzab [33]: 23).
Dan dengan ijin Allah SWT, mereka akan mengembalikan daulah Islam, al-Khilafah ar-Rasyidah yang akan mendorong keseimbangan di dunia kepada kebaikan.
﴿إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu (TQS ath-Thalaq [65]: 3).

7 Rabiuts Tsani 1438 H
5 Januari 2017 M

http://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer/political-questions/41445.html#sthash.uQt39sbi.dpuf

Prioritas Trump Perangi Kelompok Radikal

Oleh: Retno Esthi Utami (MHTI Kab. Kediri)


Gedung Putih telah merilis daftar prioritas 100 hari pertama Donald Trump menjadi Presiden AS. Prioritas di bidang kebijakan luar negeri dan militer, Trump komitmen untuk mengganyang kelompok ISIS dan kelompok teror lain serta membangun sistem rudal pertahanan canggih. Daftar prioritas 100 hari pertama kerja Trump itu muncul dalam website Gedung Putih. Di bidang kebijakan luar negeri, Trump mengutamakan kepentingan dan keamanan nasional AS. ”Mengalahkan ISIS dan kelompok-kelompok teror radikal lainnya akan menjadi prioritas tertinggi kami,” bunyi pernyataan kantor administrasi Trump.
Untuk mencapai hal ini, Gedung Putih akan mengejar strategi operasi militer bersama dengan koalisi yang telah dijalankan pemerintahan Barack Obama. Selain itu, AS akan memotong aliran dana untuk kelompok teroris, memperluas aksi berbagi data intelijen, dan aktif dalam cyberwarfare untuk mengganggu propaganda dan perekrutan oleh kelompok teroris. Trump akan terus membangun sistem rudal pertahanan canggih. Pemerintahan Trump juga ingin membangun kembali kapal Angkatan Laut AS dengan jumlah besar. Trump juga ingin melakukan perkrutan militer dan meningkatkan anggaran untuk belanja militer AS. http://international.sindonews.com/read/1172852/42/prioritas-100-hari-trump-ganyang-isis-hingga-bangun-sistem-rudal-canggih-1484940540)
Komentar
Terorisme adalah isu internasional. Isu ini muncul dari Amerika Serikat. AS saat ini mereka adalah penguasa dunia. Karena itu, wajar jika AS ingin berkuasa selamanya. Sehingga harus ada penjagaan ideologi agar tetap eksis di mata dunia sehingga upaya untuk mencegah kemunculan kekuatan lain yang dianggap membahayakan kekuasaan merupakan suatu keharusan. Isu terorisme sebenarnya lebih dikarenakan ketakutan Barat (AS) terhadap perkembangan politik Islam. Isu terorisme mulai gencar sesaat setelah terjadi Tragedi 11 Sepetember 2001. Peristiwanya membuka mata dunia bahwa teroris itu memang ada dan sangat berbahaya jika tidak ditangani dengan serius. Yang menyebabkan setiap negara oleh AS diwajibkan mendukung opini tersebut serta mengadopsi UU terorisme.
Fenomena ISIS masih sangat hangat untuk dibahas. Barat dan sekutu masih terus saja mempergunakan alibi kelompok militan ISIS untuk memerangi negara-negara di Timur Tengah. Bahkan akibat fenomena ISIS terjadi monsterisasi simbol-simbol Islam yang disikapi berbeda-beda di tiap negara. Sebagaimana di Indonesia misalnya, dibentuk Densus 88 yang secara aktif terus memburu para terduga teroris ini. Tak tanggung-tanggung BNPT bekerja sistemis ke pesantren dan pemerintah daerah untuk membuat suatu konsensus menolak ISIS dan ideologinya.
Bagi orang-orang yang memiliki kesadaran iman dan politik, ISIS adalah batu loncatan untuk menghantam Islam dan ideologinya. Lebih tepatnya, mencitra burukkan Islam yang berujung Islamophobia atau ketakutan terhadap Islam. Islam yang mulia ini coba dimatikan cahayanya dan dilarang penerapannya. Umat Islam yang tidak memiliki panduan dan saringan yang benar sesuai Islam, akhirnya men-generalisir dan memunculkan fitnah. Inilah bahaya terbesar bagi umat saat ini.
Hal yang patut disadari adalah kesadaran kembali kepada Islam dari kalangan umat mulai tumbuh. Umat sudah menyadari demokrasi dan liberalisme telah menghancurkan kehidupannya. Dan hanya dengan kembali kepada Islam secara kaffah dalam naungan sebuah negara, maka Islam akan kembali kepada kejayaannya. Sebagaimana masa-masa kegemilangan Islam dalam naungan Khilafah Rasyidah selama hampir 1400 tahun. Dan kebangkitan umat ini tidak hanya dirasakan di Indonesia saja, melainkan di seluruh penjuru dunia, dan hal inilah yang membuat Barat dan sekutunya ketakutan sehingga melakukan segala cara untuk membendung kebangkitan Islam.
Pemerintah AS yang didukung oleh medianya telah mengambil setiap kesempatan untuk membersihkan konsep Islam Politik yakni ‘Khilafah’ dan merusaknya dalam pikiran umat Islam dan non-Muslim. Setiap pembunuhan, insiden, kecelakaan dan pembantaian dianggap kesalahan ISIS, bahkan sebelum faktanya dapat diverifikasi. Para politisi AS telah berusaha keras untuk menciptakan histeria yang membuat ISIS adalah ancaman terbesar bagi umat manusia. Padahal kita sudah paham, Amerika, Inggris, Rusia, dan anggota koalisi jahat lainnya, yang merupakan teroris sejati. Merekalah yang melakukan pembantaian terhadap kaum muslim di Iraq, Afghanistan, Suriah.

Oleh karenanya, sangat penting umat Islam menyadari bahwa isu terorisme adalah alat yang digunakan oleh AS dan sekutunya untuk membungkam Islam. Sehingga kita harus terus menjalin persatuan dan kesatuan antar berbagai komponen umat Islam sehingga adanya isu terorisme tersebut tidak melemahkan kita, namun justru menguatkan kita menyampaikan kebenaran mengenai Islam. Dan terus istiqomah berjuang menegakkan syariat Islam dan menyatukan umat dalam khilafah melalui metode yang dicontohkan Nabi SAW, karena hanya dengan Khilafah Islam memiliki kekuatan politik untuk melindungi umatnya serta berjaya melawan dua ideologi lainnya. []

sumber: https://hizbut-tahrir.or.id/2017/01/23/prioritas-trump-perangi-kelompok-radikal/

Bukti-bukti Keadilan Khilafah Terhadap Ahli Dzimmah

Islam adalah agama yang memuliakan manusia, termasuk orang yang dalam perlindungan atau ahli dzimmah. Sejarah mencatat orang-orang kafir yang hidup di dalam sistem Islam merasakan perlakuan yang tak terlupakan.
Bahkan, hingga kini, perlakuan khilafah itu masih dikenang oleh penduduk Shaqliyah di Italia, dan wilayah-wilayah lain, di mana jejak kaum Muslim di sana sudah tidak tampak lagi.
Ahli dzimmah merasakan keadilan yang luar biasa hingga mereka lebih memilih Negara Islam, dan hidup bersama kaum Muslim, ketimbang mereka harus hidup di Barat, atau bekerja sama dengan mereka. Dalam Perang Salib, kaum Kristen Timur melakukan eksodus bersama kaum Muslim, dan mereka berperang bersama kaum Muslim melawan tentara Salib. Meski tentara Salib berusaha terus-menerus memengaruhi dan membujuk mereka agar melawan kaum Muslim.
Begitu juga orang-orang Yahudi Spanyol, lebih memilih hidup bersama kaum Muslim. Bahkan, ketika kaum Muslim kalah di Spanyol, dan lari dari sana, mereka pun ikut dengan kaum Muslim. Mereka ikut melarikan diri ke mana pun kaum Muslim pergi. Sebagaimana yang diakui kaum Yahudi Dunamah di Turki, mereka merasakan kehidupan yang adil di bawah naungan pemerintahan kaum Muslim.
Suatu hari, pedagang Yahudi mengadukan amirnya, Muhammad bin Abdurrahman kepada Qadhi Sulaiman bin Aswad, karena telah mengambil budak darinya, tanpa membayar harga yang seharusnya dia bayar, atau mengembalikannya. Qadhi pun mengancam sang Amir untuk pergi ke Cordoba, guna menyampaikan kepada orang tuanya, Amir ‘Abdurrahman al-Ausath 822-852 M, jika tetap tidak mau memberikan hak orang Yahudi tersebut. Sang Amir pun akhirnya memenuhi tuntutan Qadhi dan membayar harga budak tersebut.
Ketika orang Yahudi tidak takut menyampaikan kezaliman sang Amir ke mahkamah, padahal yang dihadapinya adalah Walinya sendiri, dan putra penguasa Andalusia, tak lain adalah bukti bahwa orang Yahudi tersebut jelas telah diperlakukan dengan baik dan adil.
Seorang sejarawan Latin, menuturkan propaganda yang telah dilakukan oleh kaum Muslim tahun 861 M ketika hendak menaklukkan Kota Barcelona. Sejarahwan tersebut menyatakan, bahwa orang-orang Yahudi telah membantu kaum Muslim memasuki kota tersebut. Ini membuktikan, bahwa orang-orang Yahudi yang hidup di bawah pemerintahan Kristen di wilayah utara Spanyol lebih memilih pemerintah kaum Muslim, ketimbang kaum Kristen.
Sebagian penulis Kristen telah menulis keunggulan Negara Islam, dan bagaimana kaum Kristen hidup di sana dengan adil, terhormat dan belum pernah ada yang bisa menyamainya. Seorang sejarahwan Inggris, Sir Thomas Arnold, dalam bukunya, ad-Da’wah ila al-Islam, telah menuturkan, “Kaum Muslim sebagai pemenang telah memperlakukan bangsa Arab Kristen dengan toleransi yang luar biasa sejak abad pertama hijriyah. Toleransi ini terus berlanjut pada abad-abad selanjutnya. Kita bisa menyimpulkan, bahwa kabilah-kabilah Kristen yang telah memeluk Islam telah memeluknya dengan suka rela, bukan karena paksaan. Bangsa Arab Kristen yang hidup di zaman kita, di tengah-tengah komunitas kaum Muslim adalah saksi atas toleransi ini.”
Seorang Orientalis Jerman menyatakan, “Bangsa Arab tidak pernah memaksa bangsa-bangsa yang dikalahkan untuk masuk Islam. Kaum Kristen, Zaratusta dan Yahudi, yang sebelum Islam mereka menghadapi Islam dengan sikap fanatisme agama yang luar biasa buruknya, ternyata mereka tetap ditolelir. Tidak ada sedikit pun halangan yang menghalangi mereka mempraktikan syiar agama mereka. Kaum Muslim membiarkan rumah-rumah ibadah mereka, asrama-asrama mereka, pendeta dan rahib mereka tanpa disebut dengan sebutan-sebutan yang hina. Bukankah ini bentuk toleransi yang luar biasa?” Di mana ada sejarah yang bisa menuturkan tindakan dan perlakukan seperti ini? Dan kapan? [kecuali Khilafah].”

Itulah gambaran yang luar biasa dalam Islam, betapa Islam adalah agama yang sangat toleran dan bisa mengayomi siapa saja. [] HAR

Sumber Tabloid MediaUmat edisi 184

Stop Kriminalisasi Ulama!

[Al-Islam No. 840_21 Rabiul Akhir 1438 H – 20 Januari 2017 M]
Menguatnya peran ulama di tengah masyarakat pasca aksi 411 dan 212 tak pelak membuat berbagai kalangan yang kepentingannya terganggu kalang-kabut. Kini, muncul berbagai kriminalisasi terhadap para ulama yang merupakan tokoh di balik berbagai aksi yang menguatkan nilai keberislaman masyarakat.
Di Sintang, Kalimantan Barat, KH Tengku Zulkarnaen, Wakil Sekjen MUI Pusat, yang memenuhi undangan resmi Bupati Sintang, tiba-tiba dihadang oleh kelompok tertentu sambil mengacung-acungkan senjata tradisional di apron Bandara Sintang ketika hendak turun dari pesawat terbang.
KH Habib Rizieq Shihab terus-menerus dicari-cari kesalahannya. Beliau antara lain diminta untuk memenuhi panggilan Polda Jabar atas kasus yang diada-adakan. Saat pemeriksaan, terjadi kasus penyerangan FPI yang mengawal kehadiran Habib Rizieq Shihab oleh GMBI yang diduga kuat dihadirkan oleh Kapolda Jabar.
Jika bukan kriminalisasi terhadap ulama, lalu bagaimana bisa kelompok yang melakukan tindakan anarkis itu masuk apron bandara bahkan bawa senjata? Itu hanya mungkin terjadi jika ada pembiaran oleh polisi. Polisi tahu bahwa Ustadz Tengku itu akan datang jam itu dengan pesawat tersebut. Alhasil, di sini yang disebut gabungan antara kekuasaan legal, intelijen dan akses kepada kelompok-kelompok anarkis sangat nyata.
Lalu terkait kasus penyerangan FPI oleh GMBI di Bandung, bagaimana juga kekerasan itu bisa terjadi tak jauh dari Mapolda Jabar. Yang lebih mengherankan adalah respon setelah itu. Alih-alih korban dilindungi, justru malah dipersalahkan. Sebaliknya, pihak yang melakukan kekerasan malah dilindungi dan dijenguk Polisi. Lalu disebarkan melalui akun resmi Humas Polri bahwa GMBI adalah korban dari anarkisme FPI. Padahal faktanya, FPI yang diserang GMBI.
Jubir HTI Ustadz Ismail Yusanto mengkhawatirkan bahwa semua itu bisa terjadi karena ada kolaborasi kekuatan legal, intelijen dan anarkis. Ia mempertanyakan, bagaimana negara ini memiliki aparat kepolisian yang begini rupa. Ini sangat berbahaya karena akan memperuncing pertentangan antarkelompok dan konflik horisontal. Menurut Ismail, ini merupakan aksi balas dendam akibat terganggunya kepentingan asing, aseng dan asong pasca penistaan agama yang dilakukan Ahok. Pasalnya, ini semua terjadi setelah Aksi 212. Aksi 212 itu kan aksi super damai. Semestinya semua orang bergembira. Namun, nyatanya ada yang berduka dan geram karena kok damai sehingga mereka tidak punya alasan untuk memojokkan umat Islam, khususnya para ulamanya.
Di belakang Ahok ini ada kepentingan politik besar yang terkait dan berkelindan dengan kepentingan bisnis. Bisnis tersebut terkait dengan pejabat. Di situ ada korupsi dan kolusi sebagaimana tampak pada kasus Reklamasi dan Sumber Waras yang kasusnya terus diulur-ulur oleh KPK. Namun, ketika Ahok menista agama, aparat sudah tidak bisa berkelit lagi karena umat Islam marah. Puncaknya terjadi Aksi 212. Jadi tampak sekali, dan sangat menyedihkan, aparat hukum menjadi alat politik jahat dari kelompok tertentu.
Kemuliaan Ulama
Ulama adalah sosok mulia karena merupakan pewaris para nabi. Rasulullah saw. bersabda:
«وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ»
Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Mereka mewariskan ilmu. Siapa saja yang mengambil ilmu berarti telah mengambil bagian yang banyak lagi sempurna (HR Abu Dawud).
Sebagai pewaris nabi, kemuliaan para ulama adalah karena mereka menempuh jalan sebagaimana Rasulullah saw.; tak kenal lelah membacakan ayat-ayat-Nya dan menyebarluaskannya di tengah-tengah manusia. Mereka pantang menyerah meskipun harus menghadapi beragam risiko.
Para pewaris para nabi itu juga mengikuti jejak Rasulullah saw. dalam membersihkan masyarakat dari berbagai kekufuran dan kemaksiatan. Dengan ilmu yang dimiliki, mereka dapat menjelaskan kesesatan dan kerusakan berbagai pemikiran kufur seperti komunisme, sekularisme-kapitalisme, pluralisme, HAM dan lain-lain. Dengan penjelasan itu, masyarakat bisa terselamatkan dari ragam pemikiran kufur itu. Dalam menghadapi kemungkaran dan kemaksiatan, mereka pasti memilih berada di garda depan. Mereka tidak rela jika ada hukum Islam diabaikan, apalagi dilecehkan. Mereka akan memimpin umat berjuang menegakkan syariah dan Khilafah. Sebab, hanya dengan diterapkan syariah dan ditegakkan Khilafah, masyarakat benar-benar bisa diproteksi dari ide sesat, kemungkaran dan perangai tercela.
Ulama pewaris para nabi itu juga rajin mengajarkan al-Quran dan as-Sunnah. Dalam perkara hukum, mereka bersikap tegas. Apa pun status hukum yang berasal al-Quran dan as-Sunnah akan disampaikan. Mereka tidak akan menjual ayat-ayat Allah SWT demi memperoleh harta dunia.
Patut ditegaskan, dalam melakukan semua aktivitas itu ulama pewaris nabi didorong oleh keikhlasan, semata-mata hanya karena mencari ridha Allah SWT. Sebab, mereka adalah hamba-hamba yang takut kepada-Nya. Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama (QS Fathir [35]: 28).
Peran Politik Ulama
Kemuliaan ulama tentu tidak terlepas dari peran politik yang mereka lakukan. Tentu bukan politik praktis dengan mendukung atau tidak mendukung calon tertentu dalam kegiatan politik praktis seperti Pilkada, namun politik sebagai ri’âyah su’ûn al-ummah (melayani urusan masyarakat). Politik adalah aktivitas tertinggi dan mulia dalam kehidupan manusia. Karena itu peran ulama sepanjang masa kehidupan kaum Muslim, khususnya dalam kehidupan politik, sangatlah penting.
Islam adalah agama sempurna. Politik adalah bagian dari Islam. Islam tidak memisahkan antara kehidupan politik dan spiritual. Justru, ketika umat jatuh dalam kubangan sekularisme (yang menjauhkan agama dari urusan sosial-politik-kenegaraan) seperti saat ini, maka peran para ulama turut terpinggirkan.
Peran politik ulama dapat dilakukan dengan cara: Pertama, membina umat dengan pemahaman Islam yang sahih. Dengan itu muncul umat yang memiliki kepribadian Islam dan menjadi para pembela Islam dari berbagai kemaksiatan dan kemungkaran di tengah masyarakat.
Kedua, membangun kesadaran politik umat (wa’yu siyasi), yaitu membangun kesadaran umat tentang bagaimana mereka memelihara urusan mereka dengan syariah Islam. Umat harus peduli terhadap urusan kemasyarakatan bahkan kenegaraan. Mereka harus memahami berbagai konspirasi musuh-musuh Islam yang senantiasa mencari jalan untuk menghalangi Islam tegak di muka bumi ini.
Ketiga, mengoreksi penguasa. Imam al-Ghazali menyatakan, “Dulu tradisi para ulama mengoreksi dan menjaga penguasa untuk menerapkan hukum Allah SWT. Mereka mengikhlaskan niat. Pernyataan mereka pun membekas di hati. Sayang, sekarang terdapat penguasa yang zalim, namun para ulama hanya diam. Andaikan mereka bicara, pernyataannya berbeda dengan perbuatannya sehingga tidak mencapai keberhasilan. Kerusakan masyarakat itu akibat kerusakan penguasa. Kerusakan penguasa akibat kerusakan ulama. Adapun kerusakan ulama akibat digenggam cinta harta dan jabatan. Siapapun yang digenggam cinta dunia niscaya tidak akan mampu menguasai kerikilnya, apalagi untuk mengingatkan para penguasa dan para pembesar.” (Al-Ghzali, Ihyâ’ ‘Ulûm ad-Dîn, 7/92).
Jelaslah, ulama memang seharusnya menjalankan politik Islam, yaitu mengurusi urusan masyarakat dengan Islam. Tugas politik ulama adalah mencerdaskan rakyat dengan Islam. Dengan begitu rakyat tidak mudah tertipu dengan bujuk rayu orang-orang zalim. Dengan kiprah politik ulama, rakyat akan terbina dengan baik serta akan memiliki kesadaran politik Islam hingga mereka akan meraih kemuliaan di dunia dan akhirat.
Umat Membutuhkan ’Ulama Akhirat’
Umat hari ini merindukan sosok ulama yang ikhlas berjuang dengan pengorbanan maksimal agar bisa mengeluarkan mereka dari kegelapan jahiliah modern, derita dan nestapa dalam kerangkeng sistem sekular-liberal; menuju cahaya Islam dalam wujud masyarakat dan negara yang bersyariah, yang berjalan di atas hidayah Islam. Itulah masyarakat dan negara yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan dilanjutkan oleh para khalifah beliau.
Kewajiban terbesar umat Islam hari ini adalah mengembalikan kehidupan Islam di tengah-tengah masyarakat dengan menegakkan seluruh syariah Allah SWT. Sebaliknya, kemungkaran terbesar yang wajib ditumbangkan saat ini adalah sistem thâghût yang menerapkan hukum-hukum kufur buat manusia. Itulah sistem sekular yang tengah berlangsung saat ini.
Karena itu saat ini umat benar-benar membutuhkan ’ulama akhirat’ yang bisa membimbing mereka untuk kembali pada Islam secara kâffah sambil terus-menerus memberikan dorongan dan dukungan terhadap perjuangan ke arah penegakkan syariah Islam. Umat membutuhkan ulama yang meneladani perjuangan Rasulullah saw. dalam mewujudkan masyarakat islami, yang menerapkan syariah Islam secara total dalam semua aspek kehidupan, dalam Daulah Khilafah. Hanya dengan itulah cita-cita umat mewujudkan baldat[un] thayyibat[un] warabb[un] ghafûr akan benar-benar terwujud, insya Allah. []

Komentar al-Islam:

Zulkifli Hasan: Laporkan Adanya TKA Ilegal Bentuk Bela Negara (Republika.co,id, 17/1/2017).

  1. Membongkar segala konspirasi asing dan aseng yang terus-menerus merongrong negeri ini juga termasuk bela negara.
  2. Yang juga termasuk bela negara adalah terus-menerus mengingatkan Pemerintah untuk tidak mengkhianati dan menzalimi rakyat.
  3. Bela negara yang terpenting adalah mendesak Pemerintah agar menerapkan ideologi dan sistem Islam yang pasti mendatangkan rahmat seraya membuang jauh-jauh ideologi dan sistem sekular, yang telah terbukti bobrok dan merugikan negeri ini.

Kamis, 19 Januari 2017

BERBUAT DOSA, SEBELUM TUJUH JAM BERTAUBAT

sumber: copas dari telegram
KH. Hafidz Abdurrahman, MA., [14.01.17 06:56]

Oleh: KH Hafidz Abdurrahman
[Khadim Majelis-Ma’had Syaraful Haramain]


Soal:

Ada hadits, bahwa amal buruk dicatat setelah enam jam. Jadi, sebelum enam jam kita bertaubat dan istighfar, maka tidak dicatat dalam catatan amal kita. Mohon penjelasannya.


Jawab:

Hadits tersebut dikeluarkan oleh Imam at-Thabrani dan al-Baihaqi, dengan redaksi sebagai berikut:

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ - رضي الله تعالى عنه - عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أنه قَالَ: إِنَّ صَاحِبَ الشِّمَالِ لِيَرْفَعُ الْقَلَمَ سِتَّ سَاعَاتٍ عَنِ الْعَبْدِ الْمُسْلِمِ الْمُخْطِئِ أَوِ الْمُسِيءِ، فَإِنْ نَدِمَ وَاسْتَغْفَرَ اللهَ مِنْهَا أَلْقَاهَا، وَإِلَّا كُتِبَتْ وَاحِدَةً [رواه الطبراني في معجمه الكبير، والبيهقي في شعب الإيمان]. والحديث حسنه الشيخ الألباني في صحيح  الجامع الصغير، وأورده ضمن السلسلة الصحيحة.

“Dari Abu Umamah radhiya-Llahu ‘anhu, dari Rasulullah shalla-Llahu ‘alaihi wa sallama, baginda bersabda, bahwa Malaikat pencatat keburukan akan mengangkat penanya enam jam dari seorang hamba Muslim yang melakukan kesalahan atau keburukan. Jika dia menyesal, dan memohon ampunan kepada Allah atasnya, maka dia akan gugurkan. Jika tidak, maka keburukan atau kesalahan itu akan dicatat satu.” [Hr. at-Thabrani dari Mu’jam al-Kabir, dan al-Baihaqi dalam Sya’b al-Iman].

Hadits ini dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Bani dalam Shahih al-Jami’ as-Shaghir, dan beliau masukkan ke dalam Silsilah al-Ahadits as-Shahihah.

Imam al-Manawi dalam kitab Faidh al-Qadir menjelaskan makna hadits di atas sebagai berikut:

(إن صَاحب الشمَال) أَي: كَاتب السَّ
يِّئَات (ليرْفَع الْقَلَم) أَي: لَا يكْتب مَا فَرَطَ من الْخَطِيئَة (سِتّ سَاعَات) يحْتَمل الزمانية, وَيحْتَمل الفلكية (عَن العَبْد الْمُسلم المخطىء)؛ فَلَا يكْتب عَلَيْهِ الْخَطِيئَة قبل مُضِيِّها، بل يُمْهِلُه تِلْكَ المدّة، (فَإِن نَدم) على فِعْلِه الْخَطِيئَةَ (واستغفر الله مِنْهَا) أَي: طلب مِنْهُ أَن يغفرها لَهُ, وَتَابَ تَوْبَة صَحِيحَة (أَلْقَاهَا) أَي: طَرَحَها فَلم يَكْتُبهَا، (وَإِلَّا) أَي: وَإِن لم ينْدَم, وَلم يسْتَغْفر (كتبت) يَعْنِي: كتبهَا كَاتب الشمَال (وَاحِدَةً) أَي: خَطِيئَة وَاحِدَة، بِخِلَاف الْحَسَنَة فَإِنَّهَا تكْتب عشرًا، ذَلِك تَخْفيفٌ من ربكُم وَرَحْمَة. أهـ.

“Shahib as-Syimal” maksudnya adalah Malaikat pencatat keburukan. “La yarfa’ al-qalam” maksudnya tidak akan mencatat kesalahan yang telah dilakukan. “Sitta sa’at” bisa berarti waktu [enam jam], atau konotasi perbintangan. “An al-‘abdi al-Muslim al-Mukhthi’” maksudnya tidak akan mencatat kesalahan atas namanya, sebelum lewat waktu [enam jam] tersebut. Sebaliknya, dia akan mengulur-ulur hingga tenggat waktu tersebut. “Fain nadima” jika dia menyesal atas perbuatannya yang salah. “Wa istaghfara-Llah minha”  maksudnya, meminta ampun kepada Allah atas kesalahannya, dan bertaubat dengan taubat yang benar, maka: “Alqaha” maksudnya, dia gugurkan dan tidak dia catat. “Wa Illa” [jika tidak], maksudnya tidak menyesal, dan tidak memohon ampunan, maka: “Kutibat” [dicatatlah], maksudnya Malaikat pencatat keburukan itu mencatatnya, “Wahidah” [sekali] kesalahan. Berbeda dengan kebaikan, ia akan dicatat sepuluh kali lipat. Itu merupakan keringanan dan kasih sayang dari tuhan kalian. – sampai di sini [penjelasan al-Manawi].

Jadi, hadits yang menjelaskan ditahannya catatan dosa sebelum enam jam, atau dalam riwayat lain, disebutkan oleh al-Haitsami dan al-Manawi, dengan redaksi 7 jam, dan bukan 6 jam, memang ada. Hadits ini juga bukan hadits dhaîf [lemah], apalagi maudhû’ [palsu].

Secara harfiah, memang benar, sebelum 6 atau 7 jam, ketika kita beristighfar, Allah akan mengampuni dosa kita. Hanya saja, perlu dicatat, bahwa ini adalah masalah ghaib. Masalah ghaib ini merupakan masalah akidah. Sedangkan dalam masalah akidah, satu-satunya dalil yang bisa digunakan adalah dalil Qath’i.

Sedangkan hadits ini adalah hadits Ahad. Hadits Ahad, dari aspek sumber [tsubût] jelas tidak Qath’i, tetapi Dzanni [spekulatif]. Meski dari aspek redaksi [dalâlah]-nya, Qath’i.

Karena hadits di atas adalah hadits Ahad, sedangkan masalah yang dibahas adalah masalah akidah, maka meski kita harus mempercayainya, tetapi

karena kedudukan hadits tersebut tidak bisa mencapai level 100% keyakinan, maka keyakinan kita pun tidak sampai 100%.

Dengan begitu, kita tidak bisa mengandalkan kesempatan 6 atau 7 jam setelah berdosa lalu bertaubat. Meski boleh tetap berharap mendapat ampunan Allah. Sebab, ini hanya dugaan atau spekulasi, itu pun kalau Allah berkenan mengampuni.

Justru sebaliknya, jangan melakukan dosa. Karena takut, taubat kita tidak diterima oleh Allah. Karena hak menerima atau tidak itu adalah hak-Nya. Itulah mengapa, para sahabat selalu menangis karena takut amalnya tidak diterima. Bukan takut karena dosanya banyak.

Wallahu a'lam.

Tidak Ada Pengangkatan Nabi dan Rasul Baru Setelah Wafatnya Rasulullah Saw

 








Pada dasarnya, tertutupnya pintu risalah dan nubuwwah (kenabian) setelah wafatnya Nabi Mohammad saw merupakan perkara mutawatir, dan telah menjadi konsensus para shahabat ra (ijma’ shahabat).   Menyakini masalah ini merupakan bagian dari keimanan, dan siapa saja yang menyelisihinya telah terjatuh kepada kekafiran.   Sebab, perkara ini termasuk ma’lum min al-diin wa al-dlarurah, dan bagian dari aqidah al-Islaamiyyah
Sayangnya, masalah yang sudah jelas, sejelas matahari di siang hari ini masih saja dipermasalahkan oleh kaum zindiq yang merasa dirinya masih beriman dan menjadi bagian dari kaum Muslim.   Muncullah kemudian, Nabi dan Rasul palsu yang mengaku-ngaku sebagai Nabi dan Rasul yang dipilih Allah swt.  Bahkan, sejak masa Nabi dan shahabat, banyak orang telah mengaku dirinya mendapatkan mandat risalah dan nubuwwah dari Allah swt.  Padahal, al-Quran dan Sunnah tidak pernah mengisyaratkan datangnya Nabi dan Rasul setelah Nabi Mohammad saw.  Sebaliknya, al-Quran dan Sunnah justru telah menafikan risalah dan nubuwwah setelah wafatnya Nabi Mohammad saw.
Akan tetapi, terlepas dari tendensi-tendensi culas di balik kemunculan nabi dan rasul baru ini, kita tetap wajib mengingatkan mereka dengan penjelasan yang jernih dan mendalam sebagai manifestai kewajiban kita kepada mereka, sekaligus untuk menunaikan hak mereka untuk mendapatkan nasehat dan petunjuk yang lurus.

Tidak Akan Ada Nabi dan Rasul Baru
Sesungguhnya, Al-Quran dan Sunnah telah menjelaskan dengan terang benderang ketiadaan risalah, Nabi, dan Rasul baru setelah wafatnya Nabi Mohammad saw.  Dalil-dalil yang menunjukkan masalah ini sangatlah banyak, dan dilalahnya juga pasti.  Untuk itu, masalah ini tidak boleh menjadi bahan diskusi dan perdebatan.  Pasalnya, tertutupnya risalah dan nubuwwah setelah wafatnya Nabi Mohammad saw merupakan perkara pasti (qath’iy), dan menjadi bagian dari aqidah Islam.
Adapun dalil-dalil yang menunjukkan telah tertutupnya kenabian dan kerasulan adalah sebagai berikut;
Pertama, al-Quran dengan sharih menjelaskan tertutupnya pintu nubuwwah dan risalah setelah wafatnya Nabi Mohammad saw hingga hari kiamat.  Beliau saw, telah ditetapkan Allah swt sebagai penutup para Nabi, atau Nabi yang terakhir. Tidak akan ada nabi dan rasul baru, setelah diutusnya Nabi Mohammad saw.   Allah swt berfirman;
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu“.[TQS Al Ahzab (33):40]
Imam Thabariy menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut, “Wahai manusia, sesungguhnya Nabi Mohammad itu bukanlah bapak dari Zaid bin Haritsah dan juga bukanlah bapak dari seorang diantara kalian (para shahabat) yang tidak dilahirkan (keturunan) dari Nabi Mohammad saw; sehingga ia (Nabi Mohammad) diharamkan menikahi isteri mereka, setelah mereka mencerainya1.  Akan tetapi, ia adalah Rasulullah dan penutup para Nabi (khaatam al-nabiyyiin). Beliau adalah penutup kenabian (nubuwwah), sekaligus orang yang diberi cap kenabian. Atas dasar itu, kenabian (nubuwwah) tidak akan dibukakan kepada seorang pun setelah beliau saw, hingga hari kiamat”.[Imam Thabariy, Tafsir al-Thabariy, juz 20, hal. 278]
Imam Ibnu Katsir menyatakan, “Ayat ini merupakan nash yang menunjukkan tidak adanya nabi setelah Nabi Mohammad saw.  Jika tidak ada Nabi setelah beliau saw, lebih-lebih lagi seorang Rasul.   Sebab, kedudukan risalah (menyampaikan risalah) lebih khusus daripada kedudukan nubuwwah (kenabian).  Pasalnya, setiap Rasul adalah nabi, tidak sebaliknya. Oleh karena itu, masalah ini telah disebutkan oleh hadits-hadits mutawatir yang diriwayatkan oleh mayoritas shahabat dari Nabi saw.  Imam Ahmad menuturkan dari Thufail bin Ubay bin Ka’ab dari bapaknya, dari Nabi saw, bahwasanya Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya, perumpamaan diriku dibandingkan para nabi terdahulu, seperti halnya seorang laki-laki yang membangun sebuah rumah, lalu ia memperbagus dan menyempurnakan rumah tersebut.  Akan tetapi, ia melupakan sebuah lubang sebesar batu bata, dan tidak ditutupnya dengan batu bata.  Lalu, orang-orang berjalan mengelilingi rumah itu.  Tetapi mereka heran dan berkata, “Seandainya lubang ini bisa ditutup dengan batu bata, niscaya ia akan sempurna?.  Dan perumpamaan diriku dibandingkan para nabi terdahulu, seperti halnya lubang batu bata itu”.[?HR. Imam Ahmad]..Imam Ahmad juga meriwayatkan sebuah hadits, dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya, risalah dan nubuwwah telah terputus.  Tidak akan ada rasul dan nabi setelahku..”[HR.Imam Ahmad] [Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, surat Al Ahzab (33):40]
Imam Al Baghawiy di dalam Tafsir Al-Baghawiy menuturkan, “Sesungguhnya, dengan diutusnya Nabi Mohammad swt, Allah swt telah menutup pintu kenabian.  Imam ‘Ashim membacanya dengan “khaatam” (huruf ta’-nya difathah), sehingga kedudukannya sebagai isim.  Ini bermakna beliau adalah akhir dari para Nabi.  ‘Ulama lain membacanya dengan “khaatim” , sehingga kedudukannya sebagai isim faa’il.  Sebab, beliau adalah penutup para Nabi”.[Imam al Baghawiy, Tafsir al-Baghawiy, juz 6, hal. 358]
Imam Syaukaniy di dalam kitab Fath al-Qadiir mengatakan, “Jumhur ulama membacanya dengan “khaatima”, sedangkan Imam ‘Ashim membacanya dengan “khaatama”.  Bacaan pertama bermakna “beliau saw datang untuk menutup mereka”, atau beliau saw datang sebagai Nabi yang memungkasi para Nabi (nabi terakhir).  Sedangkan bacaan kedua bermakna, ‘Sesungguhnya beliau menjadi seperti penutup (khaatim) bagi para Nabi, yakni beliau adalah orang yang menutup para Nabi, dan menyempurnakan keberadaan para Nabi.  Abu ‘Ubaid berkata, “Makna “khaatim al-syai’ adalah aakhiruhu”(penutup atau terakhir)”.[Imam Syaukani, Fath al-Qadiir, juz 6, hal. 52]
Di dalam Kitab Zaad al-Masiir dinyatakan, “..Al-Zujaj berkata, “Orang yang membacanya dengan mengkasrahkan ta’ (khaatim), maka maknanya adalah penutup para Nabi. Sedangkan orang yang membacanya dengan me-fathah-kan huruf ta’ (khaatama), maka maknanya akhir (pamungkas) para Nabi.”[Ibnu al-Jauziy, Zaad al-Masiir, juz 5, hal. 139]
Penafsiran senada juga diketengahkan oleh para ulama tafsir, semisal, Imam Qurthubiy, Imam Nasafiy, Imam Ibnu Taimiyyah, Imam Baidlawiy, Imam al-Baghawiy, dan lain sebagainya.   Atas dasar itu, kata “khaatam” yang terdapat di dalam surat Al Ahzab ayat 40 tidak mungkin ditafsirkan dengan penafsiran lain, selain “penutup para Nabi, atau Nabi pamungkas (terakhir)”.   Dari sini pula dapat dipahami, sesungguhnya Allah swt telah menutup pintu risalah dan nubuwwah setelah wafatnya Nabi Mohammad saw hingga akhir zaman.   Tidak akan pernah ada pengangkatan Nabi atau Rasul baru.
Pengertian ayat di atas juga diperkuat oleh hadits-hadits yang menuturkan tertutupnya risalah dan kenabian.  Menurut Imam Ibnu Katsir, riwayat-riwayat yang berbicara mengenai tertutupnya risalah dan kenabian setelah wafatnya Nabi Mohammad saw adalah mutawatir.  Diantara riwayat-riwayat tersebut adalah sebagai berikut;
Imam Turmudziy mengetengahkan sebuah riwayat dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah saw bersabda:”Sesungguhnya kerasulan dan kenabian telah terputus, maka tidak ada rasul dan nabi sesudahku.”[HR. Turmudziy, juz 3, hal. 364]
Imam Bukhari menuturkan sebuah hadits dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda,”Adalah Bani Israil, urusan mereka senantiasa diatur oleh para Nabi, setiap Nabinya telah wafat, maka akan diganti Nabi yang lain.  Akan tetapi, tidak ada nabi sesudahku; yang ada adalah para khalifah dan jumlahnya sangat banyak.” [HR. Imam Bukhari, juz 2, hal. 175]
Imam Bukhari juga meriwayatkan sebuah hadits dari Mush’ab bin Sa’ad dari ayahnya,” “Bahwasanya Rasulullah saw berangkat menuju Tabuk dan mengangkat Ali ra sebagai penggantinya di Madinah.  Lalu Ali berkata, “Apakah engkau mengangkatku untuk mengurusi anak-anak dan wanita?  Beliau saw bersabda,”Tidakkah engkau rela (wahai Ali), bahwa kedudukanmu sebagaimana kedudukan Harun terhadap Musa?   Akan tetapi, tidak ada nabi setelahku.”[HR. Imam Bukhari]
Imam Turmudziy meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Uqbah bin ‘Aamir, bahwasanya Rasulullah saw bersabda “Jika ada Nabi sesudahku, tentu yang akan menjadi Nabi adalah Umar bin Khaththab.”[HR. Turmudziy, juz 5, hal. 338]   Seandainya ada nabi setelah Rasul, tentunya yang lebih berhak menyandang adalah Umar bukan Mirza Ghulam Ahmad.   Faktanya, Umar tidak menjadi Nabi.   Ini menunjukkan dengan sangat jelas, bahwa setelah Nabi saw wafat tidak ada lagi nabi dan Rasul.
Imam Muslim, dalam Shahih Muslim meriwayatkan sebuah hadits, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:”Sesungguhnya, saya adalah Nabi yang paling akhir, dan sesungguhnya masjidku adalah yang paling akhir dari sekalian masjid yang dibangun oleh para Nabi.”[HR. Imam Muslim, Shahih Muslim, juz 1, hal. 581]
Imam Ahmad menuturkan dari Thufail bin Ubay bin Ka’ab dari bapaknya, dari Nabi saw, bahwasanya Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya, perumpamaan diriku dibandingkan para nabi terdahulu, seperti halnya seorang laki-laki yang membangun sebuah rumah, lalu ia memperbagus dan menyempurnakan rumah tersebut.  Akan tetapi, ia melupakan sebuah lubang sebesar batu bata, dan tidak ditutupnya dengan batu bata.  Lalu, orang-orang berjalan mengelilingi rumah itu.  Tetapi mereka heran dan berkata, “Seandainya lubang ini bisa ditutup dengan batu bata, niscaya ia akan sempurna?.  Dan perumpamaan diriku dibandingkan para nabi terdahulu, seperti halnya batu bata yang akan menutupi lubang itu“.[HR. Imam Ahmad] Hadits-hadits dengan redaksi dan pengertian senada juga diriwayatkan oleh Imam-imam hadits yang lain.
Imam Muslim menuturkan sebuah hadits dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Nabi Mohammad saw bersabda, “Keutamaanku dibandingkan Nabi-nabi terdahulu ada 6 hal. Pertama,aku diberi kalimat yang sempurna dan menyeluruh. Kedua, aku ditolong di saat ketakutan. Ketiga, telah dihalalkan kepadaku binatang ternak. Keempat, semua bumi dijadikan untukku tempat sujud dan suci.  Kelima, aku diutus untuk seluruh umat manusia, dan keenam, aku adalah penutup para Nabi (nabi pamungkas).”[HR. Imam Muslim]
Imam Ahmad menuturkan sebuah hadits dari ‘Irbaadl bin Saariyah, bahwasanya ia berkata, “Nabi Mohammad saw bersabda berkata kepada, “Aku ini disisi Allah swt adalah penutup para Nabi..”[HR. Imam Ahmad]
Al-Zuhriy juga menuturkan sebuah hadits dari Jabir bin Muth’im, dari bapaknya, bahwasanya Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya aku memiliki beberapa nama. Aku adalah Mohammad  dan Ahmad. Aku adalah al-Maahiy, dimana melalui aku, Allah swt menghapus kekafiran.  Aku adalah al-Haasyir, yang akan mengumpulkan manusia di bawah telapak kakiku.  Aku adalah al-’aaqib (pamungkas), yang tidak akan ada Nabi setelahku..”[HR. Imam Bukhari dan Muslim]. Al-’Aaqib maknanya adalah nabi terakhir yang tidak ada nabi dan rasul sesudahnya.   Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Turmudziy juga meriwayatkan hadits-hadits yang menuturkan tentang al-’aaqib.  [lihat Imam Bukhari, Shahih Bukhari, juz 2, hal. 270; Imam Muslim, Shahih Muslim, juz 2, hal. 336; Imam Turmudziy, Sunan Turmudziy, juz. 4, hal. 214].  Bentuk muanntas (perempuan) dari kata ‘aaqib adalah ‘aaqibah  yang di dalam al-Quran, semuanya bermakna akhir atau kesudahan.   Diantaranya adalah firman Allah swt, “Dan kami telah turunkan hujan kepada mereka (kaum Nabi Luth) dengan hujan batu, maka perhatikanlah bagaimana kesudahan (akhir) [‘aaqibahorang-orang yang berdosa.”[al-A’raf:84].   Allah swt juga berfirman, “Maka, perhatikanlah bagaimana kesudahan (akhir) [‘aaqibahorang yang berbuat kerusakan.”[al-A’raf:103]
Imam Muslim, dalam Shahih Muslim meriwayatkan sebuah hadits, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya, saya adalah Nabi yang paling akhir, dan sesungguhnya masjidku adalah yang paling akhir dari sekalian masjid yang dibangun oleh para Nabi.”[HR. Imam Muslim, Shahih Muslim, juz 1, hal. 581] Masih banyak lagi hadits-hadits lain yang menggunakan redaksi “la nabiyya ba’diy“.  Hadits-hadits di atas menunjukkan dengan sangat jelas, bahwa risalah dan nubuwah telah berakhir setelah mangkatnya Nabi Mohammad saw.  Tidak ada lagi nabi dan rasul baru setelah datangnya  nabi terakhir, Mohammad saw.   Dengan kata lain, tidak ada Nabi yang tidak membawa syariat, maupun Nabi baru yang membawa syariat setelah Rasulullah saw.  
Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amru, bahwasanya ia berkata, “Suatu hari, kami keluar bersama Nabi saw, seakan-akan hari itu adalah hari terakhir perpisahan.  Kemudian beliau saw bersabda, “Aku adalah Mohammad, seorang Nabi yang ummiy.  Beliau mengucapkan hal itu hingga tiga kali, dan tidak akan ada Nabi setelah aku. Aku telah diberi pembukaan-pembukaan kalimat, kesempurnaan, dan juga penutupnya.  Aku juga telah diberitahu jumlah perbendaharaan neraka dan jumlah malaikat pemikul ‘Arsy…”[HR. Imam Ahmad]
Imam Bukhari juga meriwayatkan sebuah hadits dari Mush’ab bin Sa’ad dari ayahnya,” Bahwasanya Rasulullah saw berangkat menuju Tabuk dan mengangkat Ali ra sebagai penggantinya di Madinah.  Lalu Ali berkata, “Apakah engkau mengangkatku untuk mengurusi anak-anak dan wanita?  Beliau saw bersabda,”Tidakkah engkau rela (wahai Ali), bahwa kedudukanmu sebagaimana kedudukan Harun terhadap Musa?   Akan tetapi, tidak ada nabi setelahku.”[HR. Imam Bukhari]
Imam Bukhari menuturkan sebuah hadits bahwasanya Ismail pernah bertanya kepada Ibnu Abi Aufa, “Anda melihat Ibrahim putra Nabi Mohammad saw?  Ibnu Aufa menjawab, “Ia meninggal di saat masih kecil.  Seandainya ditetapkan akan ada Nabi lagi setelah Nabi Mohammad saw, sungguh ia (Ibrahim) akan diangkat menjadi Nabi.  Hanya saja, tidak ada Nabi setelah beliau saw”.[HR. Imam Bukhari]
Masih banyak hadits-hadits lain yang menuturkan tertutupnya pintu risalah dan nubuwwah setelah wafatnya Rasulullah saw hingga hari kiamat.  Imam Ibnu Katsir, setelah menguraikan hadits-hadits yang menafikan adanya Nabi dan Rasul baru setelah Nabi Mohammad saw, menyatakan, “…Sesungguhnya, hadits-hadits semacam ini (tertutupnya risalah dan nubuwwah setelah Nabi Mohammad saw) jumlahnya sangatlah banyak. Salah satu bentuk kasih sayang Allah swt kepada hambaNya adalah diutusnya Nabi Mohammad saw kepada mereka. Sedangkan salah satu bentuk pemuliaan Allah kepada hambaNya adalah; ditetapkannya Nabi Mohammad saw sebagai penutup para Nabi dan Rasul, disempurnakanNya agama yang hanif (Islam) kepada beliau saw.  Sesungguhnya, di dalam al-Quran dan hadits-hadits mutawatir, Allah swt dan RasulNya telah menginformasikan tidak akan adanya Nabi lagi setelah beliau saw.  Ini ditujukan agar umat mengetahui bahwa siapa saja yang mengaku-ngaku mendapatkan kedudukan ini (nubuwwah dan risalah), sesungguhnya ia adalah pembohong besar, Dajjal yang sesat dan menyesatkan;  orang itu mampu mengeluarkan api, bermain sulap, mendatangkan berbagai macam bentuk sihir, mantera, tak mempan dibakar api, dan lain sebagainya.  Semua itu adalah sesuatu yang khayali dan menyesatkan bagi orang-orang yang berakal; seperti halnya Allah telah membinasakan al-Aswad al-’Ansiy di Yaman, dan Musailamah al-Kadzdzab di Yamamah…Keduanya adalah pembohong dan orang-orang tersesat yang dilaknat oleh Allah swt.  Ketentuan ini juga berlaku hingga hari kiamat, bagi siapa saja yang mengaku-ngaku mendapatkan nubuwwah dan risalah..”[Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, surat al-Ahzab:40]
Di dalam sebuah hadits shahih juga dituturkan bahwasanya Nabi saw bersabda, “Demi Allah, seandainya Nabi Musa as hidup di tengah-tengah kalian, maka tidak ada pilihan lain bagi dirinya, kecuali mengikuti aku”.[HR. Imam Ahmad, al-Bazar dalam Musnad al-Bazar, Imam Al-Daramiy, Imam al-Haitsami, dan lain sebagainya].  Riwayat ini menunjukkan dengan jelas bahwa Nabi Mohammad saw adalah penutup para Nabi dan Rasul hingga hari kiamat.  Dengan kata lain, tidak ada lagi nubuwwah dan risalah setelah diutusnya Nabi Mohammad saw, hingga hari kiamat.
Kedua, Allah swt telah menyempurnakan agama Islam untuk seluruh umat manusia hingga datangnya hari perhitungan. Allah swt berfirman;
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا
 “..Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam itu menjadi agama bagimu“.[TQS Al Maidah (5):3]
Imam Ibnu Katsir, ketika menjelaskan ayat ini beliau menyatakan, “Ini adalah nikmat paling besar kepada umat ini (umat Islam).  Sebab, Allah swt telah menyempurnakan agama Islam untuk mereka, sehingga mereka tidak memerlukan agama lain, dan nabi-nabi yang lain selain Nabi Mohammad saw. Untuk itu, Allah telah menjadikan Nabi Mohammad saw sebagai penutup para Nabi, dan mengutusnya untuk seluruh umat manusia..”[Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, juz 3, hal. 26]
Ketiga, para ulama salaf dan khalaf telah sepakat, bahwa satu-satunya jalan untuk mengetahui hukum-hukum Allah harus melalui seorang Rasul.  Tidak ada jalan lain untuk mengetahui syariat Allah selain merujuk kepada informasi dari Rasul Allah swt.  Allah swt berfirman;
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلاَّ الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendakNya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.“[TQS Al Baqarah (2):213]
Tatkala menjelaskan ayat di atas, Imam Qurthubiy menyatakan, satu-satunya jalan untuk mengetahui hukum-hukum Allah adalah melalui perantara para Rasul.  Barangsiapa berpendapat ada jalan lain selain melalui perantara Rasul Allah untuk mengetahui hukum-hukum Allah, maka artinya ia telah mengingkari keberadaan Rasul sebagai pembawa risalah dari Allah.  Orang semacam ini dihukumi kafir, wajib dibunuh, dan taubatnya tidak diterima.  Selain itu, jika ada jalan lain untuk mengetahui hukum-hukum Allah, sama artinya ia menyakini kemungkinan adanya Rasul baru setelah Nabi Mohammad saw.  Padahal tidak ada Nabi dan Rasul setelah Nabi Mohammad saw.
Konsensus Shahabat Mengenai Hukuman Mati Bagi Orang-orang Zindiq Serta Nabi dan Rasul Palsu
Pada dasarnya, sejak masa Rasulullah saw sudah ada orang yang mengaku dirinya Nabi  Rasul, diantaranya adalah Musailamah al-Habib yang berasal dari Yamamah dan al-Aswad bin Ka’ab al-’Ansiy dari Shuna’a.   Hanya, saja Rasulullah saw belum memerangi mereka dikarenakan kesibukan beliau menangani urusan-urusan lain yang lebih penting.   Dalam Sirah Ibnu Hisyam dituturkan, bahwa Musailamah pernah menulis surat dan mengirim dua orang utusan kepada Rasulullah saw.[Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, hal 866]   Di dalam sebuah hadits dituturkan, bahwasanya setelah Nabi saw membaca surat Musailamah, beliau bertanya kepada dua utusan Musailamah,”Bagaimana pendapat kalian berdua?”  Dua utusan itu menjawab, “Pendapat kami seperti yang ia katakan.”   Mendengar ini Nabi saw bersabda: “Kalaulah tidak karena utusan-utusan tidak boleh dibunuh, niscaya telah kupenggal leher kalian.”[HR. Imam Ahmad dan  Abu Dawud]
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, barulah para shahabat ra memerangi Musailamah al-Kadzdzab, nabi-nabi palsu, kaum murtad, dan para penolak zakat. [lihat al-Hafidz al-Suyuthiy, Taariikh al-Khulafaa’, hal. 55-59].  Adapun panglima perang yang ditunjuk oleh khalifah Abu Bakar untuk memerangi Musailamah al-Kadzab adalah Khalid bin Walid.    Akhirnya, atas ijin Allah swt, Musailamah al-Kadzab laknatullah berhasil dibunuh.
Pada tahun 12 hijrah, Abu Bakar mengutus al-’Ilaa’ bin al-Hadlramiy untuk memerangi orang-orang murtad yang ada di Bahrain.  Beliau juga mengutus al-Muhajir bin Abi Umayyah untuk memerangi orang-orang murtad yang ada di Najiir.   Beliau juga mengirim Ziyad bin Labid al-Anshariy untuk memerangi sekelompok orang-orang yang keluar dari Islam.  [al-Hafidz al-Suyuthiy, Taariikh al-Khulafaa’, hal. 58]
Prof. Mohammad Hamidullah, di dalam kitab al-Watsaaiq al-Siyaasiyyah li al-’Ahd al-Nabawiy wa al-Khulafaa’ al-Raasyidiin, menuturkan bahwasanya Abu Bakar ra mengutus beberapa orang shahabat untuk memerangi orang-orang yang murtad dari Islam; diantaranya adalah orang-orang yang mengaku dirinya sebagai Nabi dan Rasul, para penolak zakat, dan lain sebagainya.   Abu Bakar mengangkat Khalid bin Walid untuk memerangi Thulaihah bin Khuwailid, dan jika ia telah selesai melaksanakan tugasnya, ia disuruh memerangi Malik bin Nuwairah (penolak kewajiban zakat) di Bathaah.  Beliau mengangkat ‘Ikrimah bin Abi Jahal untuk memerangi Musailamah al-Kadzdzab di Yamamah, dan setelah selesai ia ditugaskan untuk berangkat menuju Qadla’ah.  Beliau juga mengangkat Muhajir bin Abi Umayyah untuk memerangi al-’Ansiy; melindungi penduduk Yaman dari Qais bin Maksyuuh.  Setelah selesai ia ditugaskan memerangi Bani Kindah di Hadlramaut.  Beliau juga mengutus Khalid bin Sa’id bin al-’Ash ke Yaman dan al-Hamqatain di daerah Masyaarif al-Syam.  Beliau mengirim ‘Amru bin ‘Ash untuk memerangi kaum murtad di Bani Qudlaa’ah, Wadi’ah, dan al-Harits. Beliau mengangkat Hudzaifah bin Mihshan al-Ghalfaaniy untuk memerangi kaum murtad di Daba yang terletak di ‘Amman.  Beliau mengutus ‘Urfajah bin Hartsamah untuk memerangi kaum murtad di Mahrah.  Beliau mengangkat Suwaid bin Muqarrin untuk memerangi kaum murtad di Tihamah, Yaman. Sedangkan Tharifah bin Hajiz, beliau utus untuk memerangi kaum murtad di Bani Sulaim.  Beliau ra mengirim al-’Ila’ al-Hadlramiy untuk memerangi kaum murtad di Bahrain. [Mohammad Hamidullah, al-Watsaaiq al-Siyaasiyyah li al-’Ahd al-Nabawiy wa al-Khulafaa’ al-Raasyidiin, hal. 338-339]
Semua ini menunjukkan bahwa, orang-orang Islam yang mengaku dirinya sebagai Nabi baru beserta pengikut-pengikutnya adalah kafir, dan diperlakukan sama seperti orang-orang yang murtad dari Islam.    Mereka diminta bertaubat dan kembali kepada Islam.   Jika mereka menolak mereka wajib diperangi.  
Tidak bisa dinyatakan, bahwa orang-orang yang mendirikan agama baru dan keyakinan baru, seraya mendakwakan dirinya Nabi baru, dibiarkan begitu saja atau malah kita wajib tolerans kepada mereka, seperti halnya sikap kita terhadap para pemeluk agama-agama Kristen, Yahudi, Budha, dan lain sebagainya.   Sebab, ijma’ shahabat telah sepakat, bahwa orang-orang yang mengaku-ngaku Nabi baru dan mendirikan agama baru, harus diperangi.    Oleh karena itu, siapa saja yang mengaku dirinya Nabi atau Rasul, beserta orang-orang yang mengikutinya dihukumi kafir-zindiq; dan mereka dijatuhi sanksi hukuman mati.  Wallahu al-Haadiy al-Muwaffiq ila Aqwaam al-Thaariq. [Fathiy Syamsuddin Ramadlan al-Nawiy]

Catatan kaki:
1   Maksudnya, Nabi Mohammad bukanlah bapak dari Zaid bin Haritsah, maupun orang yang bukan keturunan dari beliau saw (anak angkat ). Ayat ini menjelaskan status hukum anak angkat dengan anak kandung.  Sesungguhnya, isteri dari anak angkat yang telah dicerai boleh dinikahi oleh bapak angkatnya.  Pasalnya, bapak angkat bukanlah bapak hakiki dari anak pungut atau anak angkat.  Untuk itu, anak angkat tidak berhak mendapatkan warisan, dan isteri yang telah dicerainya boleh dinikahi oleh bapak angkatnya.

 
×
Judul