DOWNLOAD:
KRITIK ATAS PEMIKIRAN PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN
Oleh: Asep Kurniawan, S.Pd
Pendidikan
merupakan perkara yang sangat penting untuk membentuk pola pikir seseorang,
entah menjadi pola pikir yang tinggi (raqiyan) atau pola pikir dengan kualitas
yang rendah (munkhafidz). Islam telah memposisikan pendidikan sebagai salah
satu perkara yang mendapat perhatian serius. Melalui pendidikan, pola pikir
(fikroh) seseorang. Pola pikirlah yang
akan menetukan pemahaman seseorang, sedangkan pemahaman akan membentuk tingkah
laku.
dengan kata lain,
bahwa pola pikir sangat menentukan terhadap pola sikap/tingkah laku seseorang.
Ketika seorang pejabat melakukan tindak pidana korupsi, maka ada yang salah dengan
pola pikirnya. Ketika ada orang yang tidak mau terikat dengan aturan Allah maka
sudah pasti ada yang salah dengan pola pikirnya. Bisa jadi kualitas pendidikan
menjadi salah satu faktornya.
Dewasa ini, dunia
pendidikan telah memberikan sumbahngsih yang sangat besar terhadap pembentukan
prilaku masyarakat dalam memandang kehidupan. Jika kita perhatikan, mayoritas
masyarakat---dengan strata pendidikan yang beragam---telah menjadikan materi
sebagai pandangan hidupnya alias menjadikan manfaat sebagai asas dalam
kehidupannya. Hasilnya, kaidah halal haram tak lagi jadi ukuran (miqyas) dalam
membentuk tingkah laku. Selama ada manfaatnya, tak peduli halal ataukah haram,
maka hal itu akan dilakukan dan diraih, segala sesuatunya diukur dengan materi.
KRITIK ATAS
KONSEP MENYALURKAN BAKAT/MINAT
Seseorang akan
menganggap perkara yang haram dilakukan seolah halal untuk dilakukan dengan
alasan menyalurkan potensi/bakat/minat yang dimiliki. Itulah yang kini terjadi
di dalam dunia pendidikan.
Melalui konsep
psikologi pendidikan, kini dunia pendidikan pun tak lagi memperhatikan
rambu-rambu halal dan haram. Dengan alasan menggali potensi atau bakat, maka
perbuatan yang sebenarnya bertentangan dengan syariah pun tetap dilakukan.
Misal kita ambil contoh: seorang anak yang diduga memiliki bakat menari maka
direkomendasikan untuk mengikuti sekolah tari. atau seorang anak yang diduga
memiliki bakat menyanyi, maka direkomendasikan untuk mengikuti sekolah vokal.
Padahal dalam pandangan islam, menari dihadapan orang lain, terutama bagi
seorang perempuan jelas diharamkan.
Dalam sistem
pendidikan sekarang, bakat dan minat akan difasilitasi sekalipun bertentangan
dengan hukum dan aturan islam. tidak ada lagi upaya untuk melihat mana
perbuatan yang boleh untuk dilakukan mana yang tidak boleh.
Sedangkan dalam
sistem pendidikan islam, bakat dan minat itu
akan diarahkan pada perkara-perkara yang diperbolehkan oleh hukum dan
aturan islam saja. Sementara itu, islam akan menutup rapat-rapat pintu yang
akan mengarahkan pada keharaman dalam menyalurkan bakat dan minat.
KRITIK ATAS
PENGGUNAAN KATA NEGATIF DALAM MENDIDIK DAN MENGAJAR
Selama kurang
lebih 7 tahun saya terjun langsung di dunia pendidikan, kerap saya mendapat
penjelasan, baik itu melalui seminar, pelatihan, artikel, dll, bahwa dalam
mengajar harus dihindari penggunaan kata - kata yang berkonotasi negatif.
Misalnya kata "tidak", "jangan", "tidak boleh",
dll., dan harus diganti dengan kata-kata yang bermakna positif, misalnya
"sebaiknya", "alangkah lebih baik", dll.
Dalam pandangan
psikologi pendidikan, penggunaan kata yang berkonotasi negatif akan menyebabkan
peserta didik malah berfikir negatif dan bahkan akan menyebabkan future, dan
bahkan berprilaku negatif karena kata-kata negatif yang kita sampaikan akan tertanam
di alam bawah sadar.
Sedangkan kalau
kita senantiasa menggunakan kata-kata positif, maka hal itu akan mendorong
peserta didik untuk berpikiran positif, membangun kepercayaan diri, dll.
Namun, benarkah
semua itu?
Sepintas hal itu seolah
benar adanya karena didasarkan pada eksperimen-eksperimen di beberapa
tempat/wilayah/negara. Tapi ada hal yang dilupakan, bahwa manusia bukanlah
benda tak hidup. Keberadaan manusia di berbagai tempat selalu dipengaruhi oleh
lingkungan tempat ia hidup. boleh jadi karena sistem pranata sosialnya
(ijtima'i) buruk maka hal itu akan turut mememngaruhi terhadap pola pikir
seseorang, terlepas apakah selalu diajari dengan kata-kata positif ataukah
negatif. Ketika pemikiran, perasan dan sistem aturan di lingkungan tempat ia hidup
memang baik, maka hal itu akan mempengaruhi seseorang untuk berprilaku baik.
Sedangkan apabila pemikiran, perasan dan sistem aturan di lingkungan tempat ia
hidup memang buruk, maka hal itu akan mempengaruhi seseorang untuk berprilaku buruk.
Lebih jauh lagi,
konsep tersebut jelas bertentangan dengan konsep yang Allah ajarkan di dlam
al-Quran. Di dalam banyak ayat dalam al-Quran, Allah menggunakan kata/kalimat
yang mereka anggap "sebagai kaliat negatif".
misalnya dalam
surat Luqman yang menggambarkan metode pendidikan juga jelas menggunakan kata
"jangan":
"Wahai
anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah..."
dalam ayat lain
misalnya:
"wahai
orang-orang yang beriman, janganlah kalian mendekati zina..."
dan masih banyak
lagi ayat lain yang memberikan gambaran serupa.
Dengan adanya
fakta dalam al-Quran demikian, apakah lantas kita akan mengatakan bahwa apa
yang tercantum dalam al-Quran itu slah?
atau kita hendak mengatakan bahwa al-Quran itu tidak lagi sesuai dengan zaman?
Na'uzubillahi min dzalik.
Jadi jelas yang
salah adalah kekeliruan berpikir manusia yang mencoba menyaingi Allah dengan
keterbatasan akal dan kemampuan yang mereka miliki.
Yang semestinya
kita lakukan bukanlah menggunakan kata positif dan meniadakan kata negatif.
Akan tetapi yang seharusnya kita lakukan adalah menggunakan uslub (tekhnik)
yang baik dalam mengajar dan mendidik. Sekalipun kita menggunakan kata "tidak,
"jangan", dll., jika kita menyampaikannya dengan cara yang baik dan
bijkasana maka hal itulah yang justru akan membekas dengan baik pada diri
peserta didik. Sebagaimana Allah perintahkan kepada kita:
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk."
(TQS. an-Nahl: 125)
Berpijak pada Psikologi barat dalam menentukan arah kebijakan pendidikan
tentu merupakan kekeliruan besar. Psikologi bukanlah ilmu pengetahuan
(al-'ilm), tetapi psikologi adalah hadharah (peradaban) barat yang jelas
bertentangan dengan islam. Maka sudah seyogyanya bagi kita yang mengharapkan
output pendidikan yang berkualitas, untuk kembali kepada konsep dan sistem
pendidikan islam yang telah terbukti selama kurang lebih 14 abad lamanya mampu
mencetak generasi-generasi unggul. Bahkan islam pernah menjadi pusat pendidikan
dunia karena memang terkenal dari sisi kualitasnya yang tak terkalahkan. Dari
sistem pendidikan islam pulalah lahir berbagai ilmuwan cerdas para penemu
dasar-dasar IPTEK, ilmu kedokteran, dll.
Kejayaan tersebut insya Allah akan kembali kita raih manakala ada dalan
naungan daulah khilafah islamiyyah yang akan menerapkan seluruh aturan Allah
dan RasulNya dalam berbagai aspek kehidupan, politik, pendidikan, pranata
sosial, hukum, dll.
hasbunallah wani'mal wakiil ni'mal maula wa ni'man nashiir
0 komentar:
Posting Komentar